Industri Gim Indonesia Disebut Tertinggal 10 Tahun dari China

  • by Redaksi
  • Sabtu, 24 Oktober 2020 - 18:16:37 WIB

SeRiau - Asosiasi Olahraga Video Games Indonesia (AVGI) menyatakan bahwa industri gim video Indonesia tertinggal 5 hingga 10 tahun dari China, Korea Selatan, dan Jepang.

"Kalau industri video game Indonesia dibandingkan dengan China, Korea Selatan, dan Jepang itu setidaknya kita  ketinggalan 5 hingga 10 tahun." kata Sekretaris Jenderal AVGI, Angki Trijaka, dalam konferensi pers, Sabtu (24/10).

Angki mengatakan bahwa negara-negara tersebut sudah mencapai tahap mengambil untung dari industri gim video yang menambah nilai produk domestik bruto (PDB) sebagai industri kreatif.

Ia sendiri mengaku optimistis eSports di Indonesia akan terus berkembang mengingat demografi dalam negeri yang bisa mendukung kehadiran gim lokal. 

Ketua AVGI, Rob Clinton, juga menganggap industri gim video akan terus menanjak. Ia pun berharap Indonesia tak hanya menjadi menjadi pasar video game, tapi juga mengambil keuntungan dari industri itu.

Untuk mewujudkan harapan itu, ia meminta agar masyarakat bisa mendukung keberadaan gim lokal sehingga karya buatan Indonesia bisa hidup.

"Harapannya jangan jadi pasar saja, tapi juga bisa bikin sendiri game-nya. Ke depannya ada publisher atau developer lokal yang setingkat dengan internasional. Saya juga minta tolong game itu bisa hidup kalau komunitasnya hidup. Jadi kalau ada game-game lokal kita harus saling dukung," tutur Rob.

Rob mengungkap bahwa saat ini perkembangan industri video game, khususnya eSports, tersendat karena ada penolakan dari orang tua.

Rob yang sempat menjadi mantan pemilik klub eSports ONIC mengaku sempat kesulitan merekrut seorang pemuda berusia 17 tahun.

Orang tua anak itu tak mau bertemu meski Rob menjamin akan memberikan akomodasi, gaji, dan biaya pendidikan.

Dua tahun kemudian, orang tua itu malah berterima kasih kepada Rob karena memberikan kesempatan bagi anak mereka menjadi atlet eSports. Anak tersebut bahkan berhasil membelikan rumah kepada kedua orang tuanya.

"Potensi besar ini bertahap. Memang ada resistensi dari orang tua. Kita melihat ini masih kegiatan yang buang-buang waktu, tapi semakin ke sini, semakin ini jadi prestasi dan profesi luar biasa," tutur Rob.

Senada dengan Rob, Angki mengungkap penolakan dari orang tua memang menjadi tantangan terbesar dari industri gim video.

Ia mengatakan bahwa masih banyak orang tua meremehkan segala macam profesi dalam industri video game, baik itu atlet eSports hingga pengembang permainan.

Angki pun meminta dunia pendidikan ambil peran untuk merumuskan solusi agar para orang tua tak menganggap remeh profesi di industri eSports.

"Di sini perannya universitas atau akademisi untuk merumuskan formulanya. Terbukti sekarang banyak memang banyak orang tua yang dukung kalau mau jadi profesional gamer, karena bisa dukung ekonomi keluarganya," ujar Angki. (**H)


Sumber: CNN Indonesia