Polisi Prancis Gerebek Puluhan Kelompok Islam

  • by Redaksi
  • Selasa, 20 Oktober 2020 - 18:38:07 WIB

SeRiau - Polisi Prancis melakukan penggerebekan terhadap puluhan kelompok Islam dan para tersangka ekstremis. Tindakan itu dilakukan di tengah tekanan yang meningkat pada pemerintah terkait fundamentalisme agama pascapembunuhan seorang guru sejarah dan geografi.

Sebelumnya, seorang guru dibunuh dengan cara dipenggal oleh seorang remaja teroris. Samuel Paty (47 tahun) dibunuh dalam perjalanan pulang dari sekolah tempat dia mengajar pada Jumat (16/10) lalu di Conflans-Sainte-Honorine, pinggiran Paris, Prancis.

Pembunuhnya adalah Abdoullakh Anzorov (18), seorang remaja etnis Chechen dari Chechnya, Rusia, yang lahir di Moskwa. Ia telah ditembak mati oleh polisi.

Menteri Dalam Negeri Prancis Gerald Darmanin mengatakan pada Senin (19/10), tekanan terhadap kelompok Islam, termasuk individu yang mendukung pembunuhan itu dapat mengirimkan pesan bahwa musuh Prancis tidak dapat hidup tenang. Menurutnya, lebih banyak operasi polisi akan dilakukan berikutnya.

Darmanin mengatakan, sekitar 80 penyelidikan sedang dilakukan terhadap para penceramah yang dianggap radikal dan tersangka ekstremis yang dituduh menyebarkan kebencian secara daring. Pihak berwenang dengan cepat menilai sekitar 50 asosiasi di komunitas Muslim, dan menurutnya beberapa di antaranya pasti akan dibubarkan.

Dilansir di The Guardian, Selasa (20/10), sumber kepolisian mengatakan pihak berwenang tengah bersiap mendeportasi 213 orang asing yang berada dalam daftar pantauan pemerintah. Mereka dicurigai memegang keyakinan agama yang ekstrem, termasuk sekitar 150 orang yang tengah menjalani hukuman penjara.

Menurut Darmanin, fatwa tampaknya telah dikeluarkan terhadap Samuel Paty. Di antara organisasi yang tengah diselidiki oleh pihak berwenang adalah Anti-Islamophobia Collective yang terkenal, yang menurut Darmanin tampaknya jelas terlibat dalam serangan itu. Sebab, kata dia, ayah dari seorang anak di sekolah tersebut telah mengulang-ulang nama Paty dalam sebuah video yang diunggah secara daring dan menyerukan pemecatan Paty.

Ayah murid tersebut dan Abdelhakim Sefrioui, seorang radikal terkenal yang memiliki hubungan dengan organisasi yang secara rutin menggunakan media sosial dan kampanye lokal untuk menekan pemerintah atas dugaan Islamofobia. Ia termasuk di antara 11 orang yang sejauh ini ditangkap sehubungan dengan pembunuhan tersebut.

Sebelumnya pada Oktober lalu, Samuel Paty mengajar kelas tentang kebebasan berekspresi, di mana dia menunjukkan serangkaian kartun dan karikatur Nabi Muhammad, yang diterbitkan Charlie Hebdo, kepada murid-muridnya. Menurut para murid, sang guru memberi pilihan kepada murid Muslim untuk meninggalkan kelas agar tidak menyinggung perasaan mereka.

Polisi telah menembak mati penyerang Paty. Foto kepala guru yang dipenggal itu diunggah ke Twitter dari ponsel Anzorov . Presiden Prancis, Emmanuel Macron, telah mengumumkan penghormatan nasional untuk guru yang meninggal tersebut yang akan diadakan pada Rabu. Sebelumnya pada Senin, ia menerima keluarga guru di Elysee Palace, yang menyatakan belasungkawa dan meyakinkan mereka atas dukungannya.

Pada pertemuan kabinet darurat pada Ahad (18/10), Macron mengumumkan serangkaian tindakan anti-Islam termasuk langkah-langkah bersama melawan struktur, asosiasi dan orang-orang yang dekat dengan kelompok radikal, yang menyebarkan kebencian dan dapat mendorong serangan. Macron dilaporkan mengatakan kepada para menteri, "Ketakutan akan berpindah sisi. Kelompok radikal tidak boleh dibiarkan tidur nyenyak di negara kita."

Kepala jaksa penuntut umum Prancis dipanggil pada Senin untuk pertemuan mendesak dengan menteri kehakiman, Eric Dupond-Moretti, guna membahas tindakan tambahan yang diperlukan terkait situasi tersebut. Sementara keamanan di sekolah-sekolah Prancis akan ditingkatkan ketika kelas kembali dimulai setelah libur tengah semester. (**H)


Sumber: REPUBLIKA.CO.ID