Pertamina Kekurangan Minyak Sawit untuk Terapkan B20

  • by Redaksi
  • Jumat, 21 September 2018 - 20:34:53 WIB

SeRiau - PT Pertamina(Persero) mengaku masih kekurangan pasokan minyak sawit (Fatty Acid Methyl Esters/FAME) menerapkan kebijakan biodiesel 20 persen (B20). Hingga kini, baru 69 dari 112 terminal BBM yang telah menerima penyaluran FAME.

"Seluruh instalasi Pertamina sudah siap blending B20. Namun penyaluran B20 tergantung pada suplai FAME, di mana hingga saat ini suplai belum maksimal didapatkan," ujar Direktur Utama Pertamina Nicke Widyawati dalam keterangan resmi, Jumat (21/9).

Saat ini, sebagian besar daerah yang terminal BBM-nya belum menerima pasokan FAME berada di kawasan timur Indonesia, seperti Nusa Tenggara Timur, Maluku, Papua, dan Sulawesi.

Direktur Pemasaran Retail Pertamina Mas'ud Khamid mengaku keberhasilan perseroan dalam menjalankan program B20 sangat bergantung pada suplai FAME dari para produsen. Dia mencontohkan, terminal BBM Plumpang di Jakarta pada lima hari terakhir tak bisa optimal memproduksi B20 lantaran kekurangan pasokan minyak sawit.

Padahal di sisi lain, Pertamina tetap harus memproduksi BBM demi memenuhi kebutuhan masyarakat. 

"Pertamina punya 112 terminal BBM, kami siap semua untuk mengolahnya sepanjang suplai ada dari mitra yang produksi FAME. Begitu FAME datang bisa langsung kami blending (campur) dan jual," tegasnya.

Mas'ud menyebut total kebutuhan FAME Pertamina untuk dicampurkan ke solar subsidi dan nonsubsidi mencapai 5,8 juta kiloliter per tahun. "Total konsumsi solar subsidi dan nonsubsidi 29 juta kiloliter per tahun, " jelasnya.

Terkait adanya denda sebesar Rp 6 ribu per liter bagi badan usaha BBM yang tidak melakukan pencampuran FAME, Mas'ud mengaku bakal berdiskusi dengan pemerintah.

"Denda ini kami dukung supaya disiplin. Tapi kalau kondisi di lapangan suplai FAME-nya tidak ada, kami juga tidak bisa mengolah dan menyalurkan B20. Jadi ini harus didiskusikan lagi dengan pemerintah," ujar dia.

Kebijakan mandatori B20 dilakukan pemerintah sebagai langkah untuk mengurangi impor BBM yang membengkak. Dengan impor yang lebih terkendali, Indonesia diharapkan bisa menghemat devisa dan menjaga stabilitas nilai tukar rupiah. (**H)


Sumber: CNN Indonesia