AHY: Kabutnya Masih Tebal, Koalisi Akan Terjadi di Last Minutes


SeRiau - Komandan Komando Satuan Tugas Bersama (Kogasma) Partai Demokrat Agus Harimurti Yudhoyono (AHY) menduga peta koalisi baru akan terlihat di detik akhir. Sebab, sampai mendekati waktu pendaftaran calon presiden Agustus mendatang, arah koalisi masih belum kelihatan, termasuk Partai Demokrat.

"Saya menduga ini akan menjadi last minutessemuanya. Saya mengatakan, kabutnya tebal," kata AHY di Wisma Proklamasi, Jakarta Pusat, Selasa (26/6/2018) malam.

AHY menuturkan, awalnya dia mengira arah koalisi Demokrat bakal kelihatan mendekati bulan Agustus. "Kita hari ini berharap semakin dekat Agustus semakin terang, ternyata tidak," imbuh dia.

Dia menjelaskan, saat ini partai politik punya calonnya masing-masing. Tiap partai bakal menghitung untung rugi dalam mencalonkan. Karena itu, untuk terjadinya koalisi poros ketiga dia pesimis bisa terwujud.

Sementara untuk menghasilkan calon alternatif dinilai sulit karena ambang batas 20 persen. Demokrat sendiri bersikap berusaha realistis dengan kondisi ini, meski saat ini ambang batas tengah digugat.

"Karena sekali lagi kompleks, setiap parpol punya jagoannya. Kalau berkoalisi antara 3 parpol misalnya, kalau cuma 2 parpol mungkin lebih mudah, 1 dan 2 begitu. Kalau tiga terus yang ketiga dapat apa? Dan lain sebagainya. Itulah dalam konteks politik praktis," kata AHY.

Kendati demikian, Demokrat masih mengusahakan membentuk koalisi alternatif. AHY menyebutkan terus mengintensifkan komunikasi dengan elite partai lain demi terjalin kesamaan visi dan misi.

"Saya memiliki optimisme dan semangat untuk terus membangun koalisi yang berdasarkan atas kesamaan visi, misi, dan program-program pro-rakyat. Dan kami tentunya terus membangun chemistry dengan para tokoh, dengan parpol-parpol lain," tandas AHY.

Koalisi dengan Golkar

Sementara itu, Ketua DPP Partai Demokrat Ferdinand Hutahaean menuturkan kemungkinan berkoalisi dengan partai Golkar masih terbuka. Dia menyebut posisi Demokrat menunggu 'durian runtuh' mendekati batas waktu pendaftaran Pilpres 2019.

Ferdinand menjelaskan kemungkinan itu datang jika Partai Golkar tidak dilirik oleh Joko Widodo sebagai cawapresnya. Dia menyebut bisa saja Golkar memberikan respons yang tidak terduga.

"Kita lihat bagaimana mereka berharap bisa mendampingi Pak Jokowi tapi kalau Pak Jokowi tidak memilih Golkar jadi pendampingnya, tentu Golkar akan memberikan respons dan reaksi ini yang kita tidak duga, respons dan reaksinya seperti apa," kata Ferdinand di Wisma Proklamasi, Jakarta Pusat, Selasa (26/6/2018) malam.

Ferdinand juga menduga peta politik bakal berubah setelah hasil Pilkada Serentak keluar. Demokrat percaya diri akan mengusung jagoannya sendiri dengan catatan bisa meraup kemenangan di provinsi vital dengan lumbung suara besar seperti di Jawa Timur dan Jawa Barat.

"Kalau bisa memenangkan contoh Jatim, Jabar ya Demokrat akan percaya diri sekali untuk maju karena pemilihnya saja sudah lebih 50 persen pemilih nasional, jadi itu akan mendongkrak percaya diri kita dan akan mengubah peta politik nasional pasca-pilkada ini," pungkas dia. (**H)


Sumber: Liputan6.com