MENU TUTUP

Jokowi Tunda Kenaikan Harga Premium, Pertamina Tanggung Beban Rp 40 Triliun?

Kamis, 18 Oktober 2018 | 18:26:56 WIB | Di Baca : 1355 Kali
Jokowi Tunda Kenaikan Harga Premium, Pertamina Tanggung Beban Rp 40 Triliun?

SeRiau - Presiden Joko Widodo telah memutuskan untuk menunda kenaikan harga bahan bakar Premium atau RON 88 pada 10 Oktober 2018 lalu. Namun, keputusan itu dinilai akan berpengaruh besar kepada PT Pertamina Persero. Perusahaan migas plat merah itu dinilai akan menanggung beban besar.

"Kenaikan ini memang mau tidak mau sebenarnya harus dilakukan dari sisi keekonomian harga BBM kita saat ini," ujar Direktur Eksekutif Energy Wacth Mamit Setiawan dalam acara dikskusi di Jakarta, Kamis (18/10/2018).

Dengan asumsi harga minyak dunia mencapai 80 dollar per berrel, kurs rupiah di atas 15.000 per dollar AS, maka kata dia, harga keekonomian premium atau pertalite harusnya sudah mencapai 9.600-9.800 per liter.

Sementara saat ini harga premium di pasaran dipatok Rp 6.450 per liter saja. Jadi ada selisih Rp 3.150 per liter antara harga di pasaran dengan keekonomiannya.

"Saat ini kuota premium untuk seluruh Indonesia adalah 11,8 juta kilo liter, dengan kuota tersebut seandainya sampai akhir 2018 tak naik, maka potensi kerugian Pertamina sekitar Rp 23,6 triliun. itu jumlah yang sangat besar," kata Mamit.

Tak hanya itu, Pertamina akan mendapatkan beban lebih besar karena pemerintah juga menahan harhga pertalite. Menurut dia, dengan konsumsi 40.000 kilo liter per hari, maka Pertamina akan merugi Rp 24,4 triliun sampai akhir tahun.

"Jadi (total) sekitar Rp 40-an triliun mereka akan mengalami defisit," kata dia.

Saat ini, kebutuhan konsumi BBM mencapi 1,6 juta barrel per hari. Sementara itu produksi Pertamina hanya 800.000 barrel per hari.

Untuk menutupi kebutuhan, Pertamina mengimpor 250.000 barrel per hari untuk minyak produk dan sekitar 300.000 barrel per hari untuk minyak mentah.

Saat ini, ucap Mamit, tak ada negara yang memproduksi RON 88. Dengan begitu maka Pertamina harus membeli minyak RON yang lebih tinggi dan dioleh lagi menjadi RON 88 atau kita kenal dengan premium.

Meski dibebani oleh harga premium dan pertalite yang tidak naik, Mamit yakin Pertamina tetap untung karena masih ada sektor hilir.

Meski begitu, ia memproyeksikan keuntungan Pertamina tahun ini akan menyusut hingga 50 persen akibat beban tersebut.

Di tempat yang sama, Dosen Fisip UIN Syarif Hidayatullah Jakarta Dani Setiawan yakin keputusan pemerintah menunda kenaikan harga premium sudah melalui pertimbangan yang matang.

Oleh karena itu, ia meyakini pemerintah sudah memiliki cara untuk menambal berbagai hal, termasuk kerugian Pertamina, akibat pembatalan kenaikan harga Premium tersebut. (**H)


Sumber: KOMPAS.com


Berita Terkait +
TULIS KOMENTAR +
TERPOPULER +
1

Jalan Simpang SKA Di Perlebar, Ginda: Kita Dukung Semoga Cepat Terlaksana

2

DPC PDI-P Rohil Buka Penjaringan Calon Kepala Daerah Pilkada 2024

3

Open House Hari Kedua di Kediaman Wakil Ketua DPRD Riau Agung Nugroho Dihadiri 3.000 Warga

4

Lapas Bagansiapiapi Bersama Warga Binaan Gelar Shalat Idul Fitri 1445 H

5

Negara Hadir, 85 KK Warga Dusun Terpencil di Pelalawan Riau Kini Nikmati Listrik PLN 24 Jam Jelang Idul Fitri 1445 H