Ilham Bintang: Seharusnya Pers Lebih Bersuara Dibanding Deddy Corbuzier Dan Bintang Emon

  • Kamis, 25 Juni 2020 - 19:07:08 WIB | Di Baca : 1693 Kali

SeRiau - Tantangan yang akan dihadapi oleh media siber di masa mendatang menjadi bahasan menarik dalam diskusi virtual dalam rangkaian Musyawarah Nasional (Munas) Jaringan Media Siber Indonesia (JMSI) ke-1, Kamis (25/6).

Acara yang dimoderatori oleh Ketua JMSI Banten Dedi Zaki Mubarok ini menghadirkan wartawan senior Ilham Bintang dan Joko Intarto sebagai pembicara dan Mahmud Marhaba, Plt Ketuk JMSI memberikan pengantar acara.

Diskusi virtual yang diikuti oleh pengurus JMSI dari seluruh Indonesia ini, Ilham Bintang menyoroti konten podcast Dedy Corbuzier yang saat ini tengah berurusan dengan hukum buntut dari wawancara dengan mantan Menteri Kesehatan Siti Fadilah Supari.

Wawancara yang dilakukan presenter Deddy Corbuzier dengan Menteri Kesehatan RI periode 2004-2009 Siti Fadilah Supari, itu dianggap melanggar hukum karena Siti masih berstatus narapidana kasus korupsi pengadaan alat kesehatan (alkes).

Menurut Ilham, Dedy bukanlah seorang wartawan secara personal maupun profesi, melainkan konten yang dibuatnya itu dinilai Ilham sebagai satu karya Jurnalistik yang seharusnya jadi pemantik bagi wartawan untuk membuat konten serupa.

“Karena banyak juga wartawan yang menuliskan berita atau opini tapi tidak sesuai karya jurnalistik,” kata Ilham dalam paparannya.

Kemudian selain itu, pendiri Cek N Ricek ini juga menyoroti komika Bintang Emon yang menyuarakan aspirasinya soal vonis ringan terdakwa penyiram air keras Novel Baswedan. Hingga akhirnya dibully oleh nitizen.

“Seharusnya perslah yang menyampaikan apa yang disampaikan oleh Bintang Emon itu,” tandas Ilham.

Dari contoh keduanya, Ilham menyayangkan bahwa seharusnya pers yang menyuarakan atau menggemakan melalui berita maupun editorialnya masing-masing.

Namun, pers atau media justru asik menggoreng-goreng isu dan atas polemik Dedy Corbuzier dan Bintang Emon.  

Dalam tesisnya merujuk kepada dua contoh diatas, Ilham menyimpulkan bahwa masyarakat kini sudah menempuh caranya masing-masing untuk mendapatkan berita bahkan menerbitkanya yang tentunya mengancam kehidupan pers profesional itu sendiri.

“Meski media akan terus berkembang dan media cetak akan diprediksi selesai, namun seorang wartawan tidak akan pernah,” pungkas Ilham. (**H)


Sumber: rmol.id





Berita Terkait

Tulis Komentar