Asal-usul Nama Gelora Bung Karno yang Pernah Diganti pada Era Soeharto

  • Rabu, 13 Mei 2020 - 05:04:00 WIB | Di Baca : 3133 Kali

SeRiau - Timnas Indonesia memiliki stadion kebanggaan bernama Stadion Utama Gelora Bung Karno ( SUGBK) di Jakarta.

SUGBK terletak di tengah kompleks Gelanggang Olahraga (Gelora) Bung Karno.

Kompleks Gelora Bung Karno berisikan stadiun utama, stadion skunder, lapangan sepak bola, stadion air, stadion tenis (indoor dan outdoor), lapangan hoki, bisbol dan panahan, serta beberapa gimnasium dalam ruangan.

Kompleks olahraga tersebut kali pertama dibangun pada tahun 1960 dan diresmikan pada tahun 1962 sebagai tempat pembukaan Asian Games ke IV.

Dalam upacara pembukaan tersebut, Presiden pertama Republik Indonesia, Soekarno mengatakan, peristiwa ini merupakan tonggak sejarah bagi Indonesia khususnya di bidang olahraga.

Nama Gelora Bung Karno pertama diusulkan lewat perbincangan pagi hari antara Soekarno dengan Menpora Maladi, Mendagri dr. Soemarno Sosroatmodjo, Menteri Agama Saifuddin Zuhri menjelang peresmian.

Soekarno sebenarnya menamainya dengan Pusat Olah Raga Bung Karno.

Namun, kemudian membatalkannya gara-gara Saifuddin Zuhri yang merupakan ayah dari Menteri Agama era Jokowi 2014-2019, Lukman Hakim Saifuddin.

Dikutip dari otobiografi KH Saifuddin Zuhri: Berangkat dari Pesantren (2013), ceritanya, saat itu Soekarno tengah membahas nama kompleks olahraga itu bersama para menteri di serambi belakang Istana.

Saifuddin saat itu menyanggah nama Pusat Olah Raga Bung Karno dan mengusulkan usulan lain.

"Nama itu tidak cocok dengan sifat dan tujuan olahraga," komentar Saifuddin. "Mengapa?" tanya Soekarno.

"Kata 'pusat' pada kalimat 'Pusat Olahraga' itu kedengarannya kok statis, tidak dinamis seperti tujuan kita menggerakkan olahraga," jawab Saifuddin.

"Usulkan nama gantinya kalau begitu!" balas Soekarno.

"Nama 'Gelanggang Olahraga' lebih cocok dan lebih dinamis," usul Saifuddin.

"Nama Gelanggang Olahraga Bung Karno kalau disingkat menjadi Gelora Bung Karno! Kan mencerminkan dinamika sesuai dengan tujuan olahraga," lanjutnya.

"Wah, itu nama yang hebat. Saya setuju!" ungkap Soekarno.

Pada tahun 1984, Presiden kedua Republik Indonesia, Soeharto mengubah nama GBK menjadi Gelanggang Olahraga Senayan melalui Keppres Nomor 4 Tahun 1984 tentang Badan Pengelola Gelanggang Olahraga Senayan.

Pengubahan nama tersebut tak lain sebagai langkah de-Soekarnoisasi atau upaya mengaburkan sosok Soekarno dalam sejarah bangsa Indonesia.

Tujuh belas tahun kemudian setelah Indonesia memasuki masa reformasi, muncul keinginan untuk mengembalikan Gelora Olahraga Senayan menjadi Gelora Bung Karno.

Keinginan ini disampaikan secara resmi pertama kali dalam rapat dengar pendapat antara Komisi I DPR dan Menteri Sekretaris Negara Djohan Effendi pada 24 Oktober 2000.

Presiden ke-4 Abdurrahman Wahid merespons positif usulan itu saat menghadiri HUT PDI Perjuangan ke-28 di Stadion Utama GBK pada 14 Januari 2001.

Tiga hari kemudian, dia pun menerbitkan Keppres Nomor 7 Tahun 2001 yang mengembalikan nama Sang Proklamator ke kompleks olahraga itu.

"Menimbang bahwa dengan memperhatikan aspirasi yang berkembang di dalam masyarakat untuk menghormati dan mengabadikan nama Presiden Pertama Republik Indonesia sebagai penggagas dibangunnya Gelanggang Olahraga Senayan di kawasan Senayan, Jakarta, maka dipandang perlu untuk mengubah nama Gelanggang Olahraga Senayan menjadi Gelanggang Olahraga Bung Karno," tulis Gus Dur dalam keputusannya 17 Januari 2001 silam. (**H)


Sumber: KOMPAS.com





Berita Terkait

Tulis Komentar