Skenario Sangat Berat Sekali: Ekonomi RI Minus 0,26 Persen

  • Rabu, 06 Mei 2020 - 19:34:59 WIB | Di Baca : 1498 Kali

SeRiau - Kepala Centre of Macroeconomics and Finance INDEF M Rizal Taufikurahman menyebut pertumbuhan ekonomi Indonesia bisa minus hingga 0,26 persen akibat penyebaran virus corona. Proyeksi itu memperhitungkan skenario sangat berat sekali.

Yakni, ia merinci tingkat konsumsi rumah tangga minus hingga 1,07 persen. Kemudian, pertumbuhan investasi juga minus 1,07 persen.

"Lalu, pertumbuhan ekspor untuk skenario sangat berat sekali 2020 minus 9 persen dan impor minus 16,21 persen," ucap Rizal dalam video conference, Rabu (6/5).

Menurut Rizal, skenario sangat berat sekali terjadi apabila penanganan virus corona berlangsung selama enam bulan ke depan. Terhitung sejak Maret, maka penanganan baru selesai setidaknya pada September 2020 mendatang.

Namun, ia mengingatkan pertumbuhan ekonomi Indonesia tahun ini masih bisa positif di angka 0,7 persen jika mengacu pada skenario sangat berat. Angka itu masih bisa dikejar apabila pemerintah mampu menangani penyebaran virus corona di dalam negeri dalam waktu tiga bulan.

"Kalau penanganan tiga bulan, investasi diproyeksi minus 0,84 persen, investasi minus 0,84 persen, ekspor minus 5,88 persen, dan impor minus 13,3 persen," kata Rizal.

Kemudian, ia juga menyiapkan skenario berat. Dalam hal ini, ekonomi Indonesia pada 2020 dapat tumbuh 1,42 persen.

Namun, skenario berat terjadi jika pemerintah bisa menangani penyebaran virus corona hanya dalam waktu satu bulan. Bila dihitung dari Maret 2020, maka harusnya selesai pada April 2020 kemarin.

"Nah, kalau skenario berat sudah tidak mungkin karena kan waktu penanganan hanya satu bulan. Jadi, tinggal melihat apakah skenario sangat berat atau skenario sangat berat sekali," jelasnya.

Sebagai informasi, ekonomi Indonesia terpuruk ke level 2,97 persen pada sepanjang kuartal I 2020 kemarin. Pertumbuhan itu turun dibandingkan dibanding kuartal I 2019 sebesar 5,07 persen.

Angka tersebut juga lebih rendah dibandingkan pertumbuhan ekonomi kuartal IV 2019 yakni 4,97 persen. Kepala BPS Suhariyanto menjelaskan pertumbuhan ekonomi mengalami kontraksi sebesar 2,41 persen jika dibandingkan kuartal IV 2019.

"Kalau kami lihat pergerakan pertumbuhan ekonomi di kuartal I 2020 seperti dialami negara lain mengalami perlambatan cukup dalam," pungkas Suhariyanto. (**H)


Sumber: CNN Indonesia





Berita Terkait

Tulis Komentar