Soal Harga BBM, Menteri ESDM Pikir-pikir Kemampuan Pertamina

  • Senin, 04 Mei 2020 - 21:32:22 WIB | Di Baca : 1482 Kali

SeRiau - Menteri ESDM Arifin Tasrif mengaku mempertimbangkan kemampuan PT Pertamina (Persero) terkait penurunan harga Bahan Bakar Minyak (BBM). Oleh sebab itu, pemerintah memilih untuk mencermati perkembangan harga minyak global sebelum menentukan penyesuaian harga BBM.

"Kami hitung juga kemampuan Pertamina. Sekali lagi kami perhatikan ini dampaknya 2 bulan atau 3 bulan, Apakah ini berlangsung lama atau singkat" ujarnya saat rapat virtual dengan Komisi VII DPR, Senin (4/5).

Ia menuturkan permintaan BBM anjlok akibat pandemi covid-19. Secara rata-rata nasional, penjualan bensin turun 29 persen di tengah wabah. Di sisi lain, Pertamina menggenggam lebih dari 60 persen pangsa pasar BBM dalam negeri. Tak pelak, pendapatan perusahaan minyak negara itu tergerus.

Sebelumnya, Direktur Utama Pertamina Nicke Widyawati memprediksi pendapatan perseroan turun 38-45 persen akibat pandemi.

Tak hanya menekan pendapatan, penurunan permintaan mengerek biaya operasional Pertamina. Ia menjelaskan cadangan BBM Pertamina di penyimpanan (storage) naik hingga tiga kali lipat dari biasanya hanya satu bulan menjadi tiga bulan.

"Di samping juga melemahnya nilai tukar rupiah memberikan pukulan berat pada badan usaha," ucapnya.

Arifin sendiri menilai terdapat anomali pada harga minyak global saat ini. Pasalnya, harga Mean Oil Platts Singapore (MOPS) lebih rendah ketimbang harga minyak mentah Indonesia (ICP). Padahal, MOPS merupakan minyak mentah yang sudah diproses.

Meskipun demikian, kata dia, Pertamina tidak menghentikan produksi dari sumur yang masih beroperasi. Sebab, perseroan mempertimbangkan penurunan atau kehilangan kapasitas produksi jika suatu saat nanti sumur tersebut kembali dioperasikan.

"Penutupan ini juga memberikan dampak yang sangat berat untuk Kontraktor Kontrak Kerja Sama (KKKS)," paparnya.

Kendati belum menuturkan harga BBM saat ini, ia menyatakan Pertamina telah menawarkan diskon berupa uang kembali (cashback) bagi pelanggan Pertamax dan Dex series sebesar 30 persen. Diskon diberikan bagi pelanggan yang bertransaksi secara non tunai menggunakan aplikasi milik BUMN selama periode 31 Mei-16 Juni 2019. Selain itu, perseroan juga telah menurunkan harga pada Januari dan Februari lalu.

Sebelumnya, Anggota Komisi VII Dewan Perwakilan Rakyat (DPR) kompak mencecar Arifin terkait penurunan harga BBM dalam rapat kerja virtual. Mereka menilai KementeriaN ESDM hendaknya menginstruksikan Pertamina memangkas harga BBM karena minyak dunia anjlok.

Anggota Komisi VII Ratna Juwita Sari menuturkan berdasarkan hitungannya penurunan minyak global US$1 dapat menurunkan harga BBM Rp100 per liter. Namun, penurunan itu dikompensasi dengan pelemahan nilai tukar rupiah terhadap dolar AS.

"Dengan skema itu saja harusnya Mei 2020 diturunkan di Rp1.877 (per liter) pak. Didapatkan dari selisih margin harga minyak dunia US$28 per barel dengan pelemahan nilai tukar rupiah terhadap dolar AS," ujarnya.

Senada, Anggota Komisi VII Syaikhul Islam juga mempertanyakan formulasi harga BBM yang disusun oleh Kementerian ESDM. Ia meminta Kementerian ESDM terbuka terkait struktur harga BBM lantaran masyarakat telah mendesak penurunan harga BBM karena harga minyak dunia anjlok.

"Penting menurut saya dijelaskan saja harganya yang benar berapa, sehingga publik tahu subsidi tidak digunakan untuk mensubsidi Pertamina," katanya. (**H)


Sumber: CNN Indonesia





Berita Terkait

Tulis Komentar