Sikap Organisasi Agama di Jakarta Terkait Ibadah di Tengah Wabah Corona

  • Jumat, 20 Maret 2020 - 06:15:59 WIB | Di Baca : 3436 Kali

SeRiau - Gubernur DKI Jakarta telah bertemu dengan Forum Kerukunan Umat Beragama dan para pemuka agama di seluruh Jakarta, Kamis (19/3). Dalam pertemuan tersebut, dibahas tentang langkah apa saja yang bisa dilakukan untuk melindungi seluruh warga DKI dari wabah corona.

"Dalam paparan yang kami sampaikan, situasi penyebaran di jakarta penyebarannya bergerak sangat cepat. Sekarang Jakarta merupakan salah satu episenter dengan pertambahan kasus yang sangat signifikan," jelas Anies usai pertemuan, Kamis (19/3). 

Dalam pertemuan itu, disepakati bahwa kegiatan ibadah yang diselenggarakan di rumah-rumah ibadah ditunda dua pekan. Sehingga, angka penularan virus corona bisa ditekan.

Menanggapi hal itu, pihak MUI dan Dewan Masjid Indonesia (DMI) meminta agar seluruh khatib masjid dan ulama taat menjalankan imbauan tersebut. Mereka mengimbau seluruh masjid di Jakarta untuk menunda kegiatan salat berjemaah, termasuk Salat Jumat. 

"Karena Jakarta sedang dalam kondisi darurat, sesuai fatwa MUI untuk pelaksanaan ibadah jemaah, untuk saat ini, karena kondisi yang sangat darurat diharapkan untuk melaksanakan di rumah masing-masing," kata Ketua MUI DKI Jakarta KH Munahar Mukhtar saat konferensi pers di Balai Kota DKI, Jakarta, Kamis (19/3).

"Kepada seluruh tokoh, para ulama, agar menunda setiap kegiatan yang sifatnya berjemaah, baik di masjid, majelis taklim, dan tempat-tempat lainnya dalam rangka menjaga warga DKI," imbuhnya.

Persekutuan Gereja Indonesia (PGI) bersama Keuskupan Agung Jakarta juga ikut menyerukan hal serupa. PGI meminta agar ibadah umat nasrani, baik Kristen Protestan dan Katolik, dilangsungkan di rumah. 

"Saat ini kami sepakat untuk menyerukan pelaksanaan peribadatan kita 2 minggu ke depan, kita dapat menundanya dan melaksanakannya di rumah melalui petunjuk pedoman yang dilakukan masing-masing gereja," kata perwakilan PGI Jakarta, Pendeta Manuel Raintung. 

Hal senada juga diserukan perwakilan dari Keuskupan Agung Jakarta. Umat Katolik yang berada di DKI juga diminta beribadah di rumah dalam periode waktu yang sama.

"Sebagaimana dikeluarkan Keuskupan Agung Jakarta, semua peribadatan dan doa-doa diselenggarakan pada pribadi dan di rumah masing-masing sehingga mengurangi wabah ini menular lebih jauh," kata perwakilan Keuskupan Agung Jakarta, Romo Suyudi. 

Umat Buddha di DKI juga diminta untuk beribadah di rumah saja. Menurut Ketua Perwakilan Umat Buddha Indonesia (Walubi) DKI Jakarta Pendeta Liem Wira Wijaya, pihaknya akan mengikuti instruksi Gubernur DKI. 

"Kami, umat Buddha di DKI Jakarta akan ikuti seruan Gubernur kita dengan mengadakan kebaktian di rumah hingga selesainya wabah ini. Jadi kita akan ikuti seruan dari Gubernur kita," tutur Liem. 

Sementara itu, perwakilan dari Parisada Hindu Dharma DKI Jakarta, Nengah, menyebut pihaknya akan membatasi jumlah orang yang beribadah di pura dalam rangkaian hari raya Nyepi. Rangkaian hari raya tersebut akan dimulai mulai 22 Maret hingga 25 Maret.

"Untuk Nyepi, khususnya (ibadah) Melasti pada 22 Maret kami batasi hanya untuk wilayah Jakarta Utara yang akan diselenggarakan di Pura Segara, Cilincing, dan itu hanya 10 orang dan kami memang batasi betul," kata Nengah. 

Sementara untuk ibadah Tawar Agung pada 24 Maret, jumlah jemaat akan dibatasi 10-15 orang saja. Sedangkan untuk puncak Nyepi, akan berjalan seperti biasa. 

"Kami akan selenggarakan Nyepi pada 25 maret. Ini Nyepi kami di rumah semua. Dengan adanya virus yang mewabah, kami akan taat sekali dengan ajaran kami, melakukan Nyepi di rumah saja," pungkasnya. (**H)


Sumber: kumparan.com





Berita Terkait

Tulis Komentar