Ma'ruf Amin Dorong Sertifikasi Khatib: Pemahaman Agamanya Harus Lurus

  • Jumat, 14 Februari 2020 - 23:43:04 WIB | Di Baca : 1257 Kali

SeRiau - Wakil Presiden Ma'ruf Amin mendorong penceramah disertifikasi. Menurut dia, penceramah harus betul-betul membawa kemaslahatan.

"Khatib itu omongannya betul-betul harus membawa kemaslahatan. Makanya perlu ada sertifikasi khatib, yang bacaannya benar, komitmennya benar, diberi sertifikat. Nanti Ikatan Khatib DMI (Dewan Masjid Indonesia) mempertanggungjawabkan itu," kata Ma'ruf saat membuka Rakernas II dan Halaqah Khatib Indonesia di Istana Wapres Jakarta, seperti dikutip Antara, Jumat (14/2/2020).

Menurut Ma'ruf, khatib harus memiliki pemahaman agama Islam yang benar, baik dari segi pelafazan maupun pemaknaan terhadap ayat-ayat Al Quran. Untuk itu perlu untuk melakukan sertifikasi terhadap penceramah.

"Khatib harus memiliki kompetensi, pemahamannya tentang agama harus betul, harus lurus. Cara pengucapan, lafaz-nya, harus benar. Jadi harus diseleksi khatib itu, harus punya kompetensi," katanya.

Lebih lanjut, penceramah, menurut mantan Rais Aam PBNU juga harus berkomitmen pada NKRI. Terlebih merebaknya ajaran radikal.

Ma'ruf menekankan ceramah agama yang disampaikan para khatib di setiap ibadah salat Jumat harus memuat nilai-nilai Pancasila dan prinsip NKRI.

"Pancasila telah disepakati sebagai ideologi bangsa dan dalam perspektif Islam, Pancasila merupakan kalimatun sawa yang berarti kesepakatan atau titik temu. Dengan adanya titik temu Pancasila itulah kemudian NKRI hadir. Dakwah kita harus dalam bingkai kebangsaan dan kenegaraan. Pancasila dan NKRI itu adalah kesepakatan. Oleh karena itu, kita tidak boleh membawa sistem lain selain NKRI, gaduh, saya terus terang saja misalnya khilafah," imbuh Ma'ruf.

Wapres mengatakan sistem khilafah, yang menerapkan Islam sebagai ideologi bernegara, secara otomatis akan tertolak di Indonesia, karena negara Indonesia sudah menyepakati Pancasila sebagai ideologi bangsa. Ma'ruf meminta para khatib untuk memiliki komitmen dalam menjaga keutuhan dan persatuan nasional dengan mengajak umat Islam meningkatkan toleransi, baik kepada sesama umat Islam maupun umat agama lain.

"Ini bukan soal islami atau tidak islami. Jadi, kalau bicara khilafah itu tidak usah metenteng-metenteng (ngotot, red.) begitu; proporsional saja. Sudah, selesai," katanya.

Dengan demikian, khotbah-khotbah yang disampaikan di setiap ibadah Salat Jumat itu tidak akan menimbulkan konflik antarsesama. Sebab, radikalisme bisa melahirkan kelompok radikal.

"Jangan sampai khatib mengobarkan sikap-sikap seperti itu, itu gaduh nanti umat. Itu komitmen yang harus dimiliki khatib-khatib. Perbedaan agama juga kita harus bertoleransi. Kita diajarkan lakum diinukum wa liya diin, jadi ya kita masing-masing saja. Di dalam persaudaraan Islam tidak boleh ada sikap ananiyah, jangankan kepada non-Muslim, kepada sesama Muslim saja sudah meng-kafir-kan. Nah, itu namanya sikap ananiyah," kata Ma'ruf. (**H)


Sumber: detikNews





Berita Terkait

Tulis Komentar