Pangamat Nilai Jokowi Gagal Bikin Gentar China di Natuna

  • Senin, 13 Januari 2020 - 06:24:56 WIB | Di Baca : 1260 Kali

SeRiau - Pengamat hubungan internasional Dinna Wisnu menyatakan kedatangan Presiden Joko Widodo ke Natuna gagal membuat gentar China. Hal itu terkait denan kembalinya kapal nelayan dan coast guard China ke perairan Natuna Utara setelah kedatangan Jokowi ke pulau Natuna.
 
Menurutnya, China sudah memprediksi Indonesia tidak ingin berperang.
 
"Penggentaran yang dilakukan oleh Pak Jokowi, ini kan upaya penggentaran ternyata tidak berhasil. Karena China sudah bisa mengukur Indonesia pakemnya atau pada dasarnya tidak ingin ada perang," ujar Dinna di Hotel Erian, Jakarta, Minggu (12/1).

Dinna menuturkan Indonesia tidak mau perang dengan China terlihat dari cara Jokowi merespon situasi di Natuna. Dia berkata Jokowi terkesan bersayap dalam memberi tanggapan.

Jokowi, kata dia, ingin tetap menjaga hubungan baik dengan China dengan tidak membuat pernyataan yang secara tegas menuding China melanggar. Misalnya, Jokowi tidak tegas menyatakan China melanggar atau tidak melanggar Zona Ekonomi Eksklusif Indonesia di Natuna Utara.

Lebih lanjut, Dinna meminta pemerintah Indonesia tidak memandang China seperti dua tahun silam, yakni saat China dan ASEAN sepakati kerangka kode etik Laut China Selatan. Saat itu memang Indonesia dan ASEAN berharap China memenuhi janjinya paling lambat tiga tahun terhadap kesepakatan itu.

"Sekarang sudah tahun berapa, hampir selesai tuh laps waktunya. Dan dengan secara fisik mereka melakukan itu terbukti niat baiknya tidak ada," ujarnya.
 
"Jadi itu harus secara tegas bisa kita sampaikan sebenarnya. Tidak perlu muter-muter gitu ya kalau kenyataannya dia tidak menyepakati yang dia tunjukkan dalam forum ASEAN," ujar Dinna.
 
Di sisi lain, Dinna menyebut tindakan China masuk ke ZEE Indonesia adalah untuk menguji kesetiaan negara kawasan ASEAN, khususnya Indonesia. Sebab, dia berkata Indonesia merupakan salah satu negara yang memiliki kerjasama di bidang infrastruktur dengan China.

"Kita diuji kesetiaan kita. Bahasa saya kesetiaan karena China kalau memberi bantuan dia selalu minta balik 'kami bisa kasih saya apa?'. Pamrihnya itu langsung keliatan," ujarnya.
 
Sikap pamrih China terhadap negara yang diberikan bantuan sejatinya juga sama dengan Amerika Serikat. Akan tetapi, dia menilai AS tidak pernah pamrih dalam waktu cepat.
 
"Kalau China ini langsung. Dia kasih duit cashnya lebih cepat, tapi minta loyalitasnya lebih tinggi. Artinya China itu tidak sama dengan yang lalu," ujar Dinna.
 
Terkait dengan hal itu, Dinna kembali mengingatkan pemerintah Indonesia menilai China sebagai negara yang tidak akan menimbulkan polemik seperti beberapa tahun silam.

"Dia sekarang sudah dalam mode untuk menguji semua kita. Betul tidak kita temannya dia. Dan apa yang kita lakukan," ujarnya.
 
Lebih dari itu, dia meminta seluruh elemen terkait kompak dalam menyikapi situasi di Natuna. Sebab, selama ini belum ada kekompakan antar pihak.

"Indonesia ini tidak satu suara menghadapi China. Ada menteri-menteri yang melihat masalah ini sebagai masalah ikan saja, masalah kecil yang solusinya tidak besar," ujarnya.

"Padahal bukan, karena ini sudah terjadi setiap tahun," ujar Dinna. (**H)


Sumber: CNN Indonesia





Berita Terkait

Tulis Komentar