UNHCR: 70 Juta Orang Jadi Pengungsi karena Perang hingga Konflik

  • Rabu, 18 Desember 2019 - 05:32:12 WIB | Di Baca : 1016 Kali

SeRiau - UNHCR mengadakan pertemuan Forum Pengungsi Global di Jenewa, Swiss. Tujuan forum tersebut adalah mengembangkan pendekatan dan komitmen menolong pengungsi.

Dalam keterangan tertulis UNHCR, Selasa (17/12/2019), di seluruh dunia, sekitar 70 juta pengungsi melakukan perpindahan terpaksa karena perang, konflik, dan penganiayaan. Selain itu, lebih dari 25 juta orang di antaranya pengungsi yang telah melewati perbatasan internasional dan tidak dapat kembali ke negara asalnya.

Di Asia, terdapat 4,2 juta pengungsi. Sebanyak 2,7 juta orang melakukan perpindahan internal (internally displaced people/IDPs) dan 2,2 juta orang kini tanpa kewarganegaraan. Secara total, terdapat 9,5 juta orang yang membutuhkan solidaritas, peningkatan pembagian tanggung jawab, dan komitmen praktis yang berorientasi pada solusi-solusi yang sedang didorong lewat forum tersebut.

UNHCR menjelaskan pengungsi Afghanistan-lah yang paling lama mengalami perpindahan paksa di berbagai wilayah. Lebih dari 2,7 juta pengungsi Afghanistan yang terdaftar dilindungi di Iran dan Pakistan.

Sampai saat malam sebelum forum berlangsung, pemerintah Afganistan, Iran, dan Pakistan bersatu dengan UNHCR dan hari ini meluncurkan Strategi Solusi untuk Pengungsi Afganistan (Solutions Strategy for Afghan Refugees/SSAR). Platform ini bermaksud untuk meningkatkan koordinasi dan kemitraan bagi krisis pengungsi Afghanistan untuk memastikan upaya kemanusiaan dan pembangunan dilaksanakan secara bahu-membahu.

Asia juga menjadi rumah bagi kelompok pengungsi Rohingya yang tidak memiliki kewarganegaraan dari Myanmar. Sekitar 745.000 orang melarikan diri ke Bangladesh pada 2017. Populasi pengungsi Rohingya di Cox's Bazar, Bangladesh, saat ini mencapai sekitar 900.000 orang. Solusi dari krisis ini belum memiliki kejelasan.

"Kita bangun dari satu dekade yang diwarnai perpindahan terpaksa, di mana jumlah pengungsi meningkat," ucap Komisioner Tinggi UNHCR, Filippo Grandi.

"Pekan ini, dalam Forum Pengungsi Global yang pertama, kita harus memfokuskan upaya-upaya kita di dekade selanjutnya untuk membangun apa yang telah kita pelajari sebelumnya dan untuk mengambil tindakan untuk mendukung pengungsi dan komunitas tuan rumah yang telah membantu pengungsi. Forum ini adalah sebuah peluang untuk membuktikan komitmen kolektif kita pada 'Global Compact on Refugees' dan untuk bersatu di belakang aspirasi Sustainable Development Goals yang bertujuan untuk tidak membiarkan satu orang pun tertinggal," sambung Grandi.

Global Compact on Refugees telah membuka jalan bagi setiap orang untuk mengambil tanggung jawab dan memainkan peran, termasuk orang-orang dalam setiap tingkatan pemerintah, pihak swasta, agensi pembangunan, serta institusi finansial, masyarakat sipil, kelompok agama, dan pengungsi sendiri.

Forum diharapkan memberikan bantuan finansial, teknis dan material, serta perubahan hukum dan peraturan yang memungkinkan perangkulan pengungsi dalam masyarakat, dalam tempat-tempat di mana pengungsi memperoleh resettlement (pemukiman kembali) serta dukungan yang dapat membantu kembalinya pengungsi ke tempat asal mereka secara aman sebagai bagian dari solusi.

"Kita membutuhkan lebih banyak bantuan seperti ini," ucap Joelle Hangi dari Republik Demokratik Kongo, yang merupakan salah satu pengungsi ko-sponsor dalam forum ini.

"Sudah banyak terdapat contoh kerja sama. Namun, dengan meningkatnya jumlah pengungsi, kita membutuhkan lebih banyak orang untuk memberikan dukungannya, lebih banyak pemerintah, perusahaan, dan masyarakat untuk berbagi tanggung jawab
dalam membantu pengungsi. Dengan cara inilah kami dapat memperoleh kembali kebebasan dan kemerdekaan kami serta membalas budi mereka yang telah menolong kami," kata Hangi.

Selama acara khusus dan dialog tingkat tinggi di Jenewa, akan diberikan fokus pada enam area utama:
- Pengaturan pembagian beban dan tanggung jawab;
- Pendidikan;
- Lapangan pekerjaan dan keberlangsungan hidup;
- Energi dan infrastruktur;
- Solusi dan kapasitas perlindungan.

Dalam forum ini, akan terdapat banyak kesempatan untuk saling berbagi inisiatif dan praktik terbaik, yang
menunjukkan bagaimana Global Compact on Refugees dapat memberikan perubahan. Forum ini juga akan menilai bagaimana respon kemanusiaan dan pembangunan dapat saling melengkapi.

Selain itu, guna menandai peran pihak swasta yang sangat penting, lebih dari 100 perusahaan dan yayasan akan menghadiri forum dan berjanji memberikan bantuan dalam bidang lapangan pekerjaan, finansial, dan bantuan lainnya. (**H)


Sumber: detikNews





Berita Terkait

Tulis Komentar