Indonesia Butuh Suntikan Dana 20 Miliar USD untuk Transisi Energi

  • Sabtu, 14 Desember 2019 - 06:00:00 WIB | Di Baca : 1109 Kali

SeRiau - Indonesia membutuhkan suntikan dana untuk transisi energi dari batu bara ke energi terbarukan (renewable energy). Indonesia meminta negara maju menginvestasikan dana untuk mengembangkan teknologi dalam rangka transisi tersebut.

"Kalau energi terbarukan kita butuh untuk menghitung. Energi terbarukan kita butuh (dana) di atas 20 miliar USD. Kalau kita sudah beralih ke situ dia lebih murah dari batu bara, dia akan lebih efisien, kita punya RUEN itu sudah ada timeline-nya," ujar Wakil Menteri Lingkungan Hidup dan Kehutanan (LHK) Alue Dohong.

Hal itu diungkapkan Alue seusai bertemu dengan Sekjen PBB Antonio Guterres di sela-sela Konferensi Perubahan Iklim (UNFCCC-COP25), di Feria de Madrid, Madrid, Spanyol, Kamis (12/12/2019) malam.

Dalam pertemuan tersebut, lanjut Alue, Guterres menyinggung soal potensi energi terbarukan di Indonesia. Guterres meminta Indonesia untuk segera melakukan transisi.

Indonesia sendiri siap melakukan transisi, namun membutuhkan teknologi hingga tenaga ahli untuk menuju ke arah tersebut.

"Antonio Guterres siap memfasilitasi sebetulnya, untuk mengundang beberapa negara yang pernah pengalaman mentransfer energi ini untuk membantu Indonesia," katanya.

Indonesia pun siap belajar dari negara-negara yang telah berhasil melakukan transisi, seperti Denmark dan Jerman. Untuk menjajaki hal itu, Alue mengatakan, Indonesia akan menindaklanjuti dengan pertemuan bilateral.

"Saya kan melakukan pertemuan bilateral dengan beberapa menteri lingkungan hidup Italia, kemudian menteri lingkungan hidup Jerman, saya juga mengemukakan hal yang sama bahwa kita butuh yang namanya investasi renewable energy, butuh teknolog dan sebagainya yang bisa dibantu negara-negara yang sudah berhasil melakukan transmisi itu," paparnya.

Alue menyampaikan, Indonesia siap untuk melakukan transisi energi terbarukan. Namun, transisi ini memerlukan proses secara bertahap.

"Jerman saja 2035 face out-nya. Kan belum lagi negara lain, ada yang karbon neutralnya tahun 2050," katanya.

"Saya pikir semua negara sekarang facing out ke arah situ ya, tetapi semua negara punya timeline berbeda, proses dan kapasitas beda maka setiap negara punya strategi dan rencana. Kalau semua negara transisi ke renewable energy berarti iklim bisa dikembalikan," sambungnya.

Lebih lanjut, Alue menyebut bahwa Guterres sangat tertarik dengan potensi sumber daya energi yang dimiliki Indonesia. Bahkan menurutnya, Guterres sempat menanyakan apakah Indonesia memiliki tenaga nuklir.

"Dia (Guterres) tertarik tentang gas, geothermal juga, bahkan menanyakan 'Indonesia punya nuklir nggak?' sumber daya nuklir. Saya bilang ada, bahkan mungkin bisa jadi sumber nuklir terbesar," tuturnya. (**H)


Sumber: detikNews





Berita Terkait

Tulis Komentar