Eks Mendikbud Muhammad Nuh: Kurikulum 2013 Jawaban Untuk Survei PISA

  • Rabu, 04 Desember 2019 - 19:05:28 WIB | Di Baca : 1339 Kali

SeRiau - Hasil survei Program for International Student Assessment (PISA) tahun 2018 menyatakan Indonesia berada pada 10 besar terbawah dari 79 negara dalam kategori kemampuan membaca, matematika dan sains. Mantan Mendikbud Muhammad Nuh menjelaskan bahwa kurikulum 2013 sudah menjawab survei PISA.

"Itu sejak lama PISA kita di bawah terus nggak beranjak-beranjak. Pada saat saya di Kementerian saya suruh bongkar, coba apa yang diujikan oleh si PISA itu. Terus bandingkan dengan apa yang kita ajarkan. Kan logical itu. Kalau alat ukur tidak sama dengan yang diukur kan nggak nyambung," kata Muhammad Nuh kepada wartawan, Rabu (4/12/2019).

Usai membongkar survei PISA itu, dia berkesimpulan bahwa survei itu tidak relevan dengan Indonesia. Menurutnya, apa yang diujikan PISA berbeda dengan apa diajarkan kepada siswa Indonesia.

"Kesimpulannya itu buku PISA tebal-tebal 500an halaman, saya bongkar dengan teman-teman kesimpulannya apa yang kita ajarkan tidak diujikan di PISA. Saya punya datanya semua. Sehingga gimana kita bisa naik PISA-nya wong yang diajarkan tidak sama dengan yang diujikan," tuturnya.

Dari kesimpulan ini, maka saat itu disusunlah kurikulum 2013. Kurikulum ini merupakan jawaban untuk survei PISA.

"Jadi setelah kita bongkar jadi ketahuan, jadi yang kita ujikan waktu itu kita punya kurikulum waktu itu, dari situlah kurikulum 2013 itu perlu dilakukan. Di kurikulum 2013 sudah kita masukkan bahan-bahan yang tidak diajarkan kita masukan dalam kurikulum 2013. Pemetaan untuk menjawab PISA sudah kita siapkan 10 tahun lalu dan sudah ada di kurikulum 2013," jelas pria yang kini menjabat sebagai Ketua Dewan Pers.

Dia menjelaskan hal ini lewat contoh soal matematika untuk mencari luas segiempat. Sebelum ada kurikulum 2013, soal segiempat terkait mencari luas berdasarkan panjang dan lebar. Sedangkan kurikulum 2013, sudah menyuruh siswa untuk mencari panjang dan lebar dari segiempat yang luasnya 24 cm2.

Dia menyebut bahwa kurikulum 2013 ini mengajarkan tentang proses higher order thinking (cara berpikir tinggi) yang disesuaikan dengan survei PISA. Metode ini cendurung mengajak anak untuk berpikir berbeda. Sedangkan sebelumnya adalah low order thinking (cara berpikir sederhana), cenderung dogmatis.

"Jadi alurnya seperti, itu jadi yang kita lemah yang belum diajarkan dulunya adalah mengenali data padahal data ini sumber informasi, informasi sumber dari pengetahuan," pungkasnya.

Sebelumnya, hasil laporan PISA 2018 dirilis pada Selasa (3/12). Studi ini menilai 600.000 anak berusia 15 tahun dari 79 negara setiap tiga tahun sekali. Studi ini membandingkan kemampuan matematika, membaca, dan kinerja sains dari tiap anak.

Untuk kategori kemampuan membaca, Indonesia berada pada peringkat 6 dari bawah alias peringkat 74 dengan skor rata-rata 371. Sedangkan kategori matematika, Indonesia berada di peringkat 7 dari bawah (73) dengan skor rata-rata 379. Lalu kategori kinerja sains, Indonesia berada di peringkat 9 dari bawah (71), yakni dengan rata-rata skor 396.

Sementara Menteri Pendidikan dan Kebudayaan (Mendikbud) Nadiem Makarim mengatakan survei ini dapat menjadi masukan yang berharga dalam meningkatkan kualitas untuk menghadapi tantangan abad 21.

"Hasil penilaian PISA menjadi masukan yang berharga untuk mengevaluasi dan meningkatkan kualitas pendidikan di Indonesia yang akan menjadi fokus Pemerintah selama lima tahun ke depan. Menekankan pentingnya kompetensi guna meningkatkan kualitas untuk menghadapi tantangan Abad 21," kata Nadiem dalam keterangannya, Selasa (3/12). (**H)


Sumber: detikNews





Berita Terkait

Tulis Komentar