KPK Panggil Eks Petinggi Garuda di Dugaan Suap Emirsyah Satar

  • Rabu, 02 Oktober 2019 - 15:15:26 WIB | Di Baca : 1156 Kali

SeRiau- Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK) memanggil mantan Direktur Layanan Strategis dan Teknologi Informasi PT Garuda Indonesia (Persero) tbk Elisa Lumbantoruan, Rabu (2/10). Elisa akan menjalani pemeriksaan terkait dengan dugaan tindak pidana korupsi suap pengadaan pesawat dan mesin pesawat yang menjerat Direktur Utama Garuda Indonesia Emirsyah Satar.

"Untuk tersangka ESA (Emirsyah Satar)," ujar juru bicara KPK Febri Diansyah, Rabu (2/10).

Pemeriksaan terhadap Elisa melengkapi pemeriksaan sejumlah saksi yang maraton dilakukan komisi antirasuah.

Sebelumnya, pada 9 September 2019, KPK juga telah memeriksa mantan VP aircraft Maintenance Management PT Garuda Indonesia Batara Silaban, mantan VP Treasury Management PT Garuda Indonesia Albert Burhan, VP Corporate Planning PT Garuda Indonesia Setijo Awibowo.

KPK juga memeriksa tiga pegawai PT Garuda Indonesia bernama Rajendra Kartawiria, Rudyat Kuntarjo, dan Widianto Wiriatmoko. Sementara seorang pegawai lainnya bernama Victor Agung Prabowo mangkir dari agenda pemeriksaan saat itu.

Sebelumnya Emirsyah Satar bersama Dirut PT Mugi Rekso Abadi Soetikno Soedarjo ditetapkan sebagai tersangka sejak 16 Januari 2017. Keduanya ditangkap terkait proses pengadaan pesawat, mesin pesawat serta perawatan mesin pesawat dari Airbus S.A.S dan Rolls-Royce P.L.C.

Emirsyah diduga menerima suap sejumlah €1,2 juta dan US$180 ribu atau setara dengan Rp20 miliar. Ia juga menerima gratifikasi berupa barang senilai US$2 juta yang tersebar di Singapura dan Indonesia.

Sejumlah uang dan barang tersebut diduga berasal dari perusahaan manufaktur Rolls Royce dalam pembelian 50 mesin pesawat Airbus SAS periode 2005-2014 pada PT Garuda Indonesia.

Dalam kasus ini Soetikno diduga menjadi perantara suap antara kedua pihak. Melalui Soetikno, Emirsyah disebut menerima suap sebesar Rp5,79 miliar untuk pembayaran rumah di kawasan Pondok Indah, Sin$1,2 juta untuk pelunasan Apartemen di Singapura dan €1,02 juta melalui rekening perusahaan milik ESA di Singapura.

 

 

 

sumber CNN Indonesia





Berita Terkait

Tulis Komentar