Kekerasan dalam Sepak Bola Indonesia, Mau Sampai Kapan?

  • Ahad, 15 September 2019 - 23:23:13 WIB | Di Baca : 1056 Kali

SeRiau - Kekerasan kembali terjadi dalam sepak bola Indonesia. Bus yang mengangkut rombongan tim Persib Bandung diserang oleh oknum suporter tak bertanggung jawab pada Sabtu (14/9/2019) malam WIB.

Itu terjadi usai Persib bermain imbang 1-1 melawan PS Tira Persikabo dalam lanjutan Liga 1 2019 di Stadion Pakansari, Bogor, Sabtu (14/9/2019).

Oknum tersebut melempari bus yang ditumpangi pemain, pelatih, dan staff tim berjulukan Maung Bandung itu dengan batu. Akibatnya, beberapa bagian kaca bus pecah.

Dua pemain Persib, Omid Nazari dan Febri Hariyadi, menjadi korban luka dalam insiden tersebut. Nazari bahkan mengalami luka yang cukup serius di bagian kening.

Pemain asal Filipina itu harus dilarikan ke rumah sakit dan mendapatkan sembilan jahitan di bagian kening. Sementara itu luka yang dialami Febri tidak terlalu serius.

Manajemen Persib tidak tinggal diam. Direktur PT Persib Bandung Bermartabat (PBB), Teddy Tjahyono, mengatakan pihaknya berencana membuat laporan dan surat protes kepada PSSI selaku federasi dan PT Liga Indonesia Baru (LIB) selaku operator kompetisi terkait insiden itu.

Menurut Teddy, hal tersebut perlu dilakukan karena tindakan oknum suporter tak bertanggung jawab itu sudah sangat kelewatan. Apalagi sampai menyerang hingga melukai pemain.

"Kami sudah menyiapkan surat protes ke LIB yang menyatakan kejadian ini sudah kelewatan, apalagi sampai membuat pemain terluka," kata Teddy, saat dihubungi wartawan, Minggu (15/9/2019).

Niat Persib melaporkan insiden tersebut agar ada respons dari federasi maupun operator kompetisi untuk melakukan tindakan tegas agar kekerasan dalam sepak bola Indonesia tidak terjadi lagi.

Sebab, ini bukan kali pertama kekerasan yang melibatkan suporter sepak bola Indonesia terjadi. Beberapa insiden bahkan sampai harus menelan korban jiwa.

Teddy mengatakan, sudah sepatutnya federasi dan operator merespons dengan cepat insiden-insiden tersebut.

Salah satu cara yang bisa dilakukan adalah dengan memberikan edukasi kepada suporter untuk memperbaiki mentalitas mereka.

"Harus ada tindakan untuk mengedukasi suporter. Kemarin dalam pertandingan timnas juga begitu (ada kerusuhan). Bahwa mentalitas suporter sudah tidak benar dan harus ada tindakan dari PSSI untuk mencegah ini terjadi lagi," ungkap Teddy.

"Sekarang mentalitas suporter sudah berubah dan sudah bukan suporter tetapi vandalisme dan merusak. Harus ada tindakan tegas dari PSSI untuk mengedukasi," sambung dia.

Jangan Membalas

Sementara itu manajer Persib, Umuh Muchtar, mengimbau agar Bobotoh tidak perlu membalas penyerangan yang dialami para pemain.

Menurutnya, Bobotoh harus bisa menjaga sikap untuk meredam pertikaian antarsuporter di Indonesia semakin meruncing.

"Ini kejadian tidak bermoral, tidak menghargai. Ini suatu penghinaan. Tetapi Bobotoh tidak perlu membalas dendam," kata Umuh.

Menurut Umuh, kejadian yang dialami tim Persib pasti membuat Bobotoh marah. Akan tetapi Umuh ingin Bobotoh tetap menjaga sikapnya agar kondisi tetap kondusif.

Umuh tidak mau Bobotoh memiliki sikap dan perilaku yang sama negatifnya dengan oknum suporter tersebut.

Pria berusia 71 tahun itu ingin Bobotoh menghormati dan menyambut semua tim yang bertandang ke Bandung. Memberikan rasa aman dan nyaman kepada tim tamu, dan menunjukkan bahwa Bobotoh adalah suporter yang santun.  

"Saya memohon pada semua bobotoh jangan saling balas membalas. Mudah-mudahan dari pihak manapun jadi malu bahwa Persib dan Bobotohnya santun," ujar Umuh.  

"Semua juga pasti sakit hati, tetapi harus bisa saling memaafkan. Jangan sampai ada balasan-balasan, supaya tetap kondusif," sambung dia. (**H)


Sumber: KOMPAS.com





Berita Terkait

Tulis Komentar