Reruntuhan Bangunan Istana Kuno Berusia 3.400 Tahun Ditemukan di Irak

  • Sabtu, 29 Juni 2019 - 18:40:59 WIB | Di Baca : 1190 Kali

SeRiau - Reruntuhan bangunan istana kuno berusia sekitar 3.400 tahun ditemukan di pinggiran sungai Tigris di wilayah Kurdi Utara, Irak, demikian menurut tim arkeolog.

Diperkirakan istana kuno itu didirikan di masa Kekaisaran Mittani, yang wilayah kekuasaannya mendominasi sebagian besar Mesopotamia dan Suriah dari abad 15 hingga 14 Sebelum Masehi (SM), kata peneliti.

Tim arkeolog Jerman dan Kurdi, dalam siaran persnya, mengharapkan pihaknya mendapatkan informasi baru tentang segala hal terkait politik, ekonomi, dan sejarah kekaisaran Mittani, setelah mereka menemukan tablet tanah liat dengan tulisan paku di atasnya di situs tersebut.

Sisa-sisa reruntuhan istana dan kota kuno itu terungkap ke permukaan setelah air sungai di waduk Mosul itu surut pada musim gugur lalu.

Para arkeolog, yang dipimpin Dr Ivana Puljiz dari Universitas Tubingen, Jerman, dan Dr Hasan Ahmed Qasim dari Organisasi Arkeologi Kurdistan, kemudian melakukan penggalian di situs Kemune - sebutan lokasi temuan situs bangunan istana kuno itu.

"Temuan ini adalah salah satu penemuan arkeologis paling penting di wilayah ini dalam beberapa dekade terakhir," kata Hasan Ahmed Qasim, dalam siaran persnya.

Menurut Ivana Puljiz, bangunan istana yang dirancang dengan hati-hati ini berdinding bata berlumpur yang ketebalannya sekitar dua meter. Di dalam bangunan, ada beberapa kamar yang memiliki dinding yang diplester.

"Kami juga menemukan sisa-sisa lukisan dinding dalam nuansa merah dan biru cerah," kata Puljiz.

"Pada milenium kedua SM, keberadaan mural kemungkinan merupakan ciri khas istana kuno di kawasan tersebut. Namun ciri ini jarang ditemukan sekarang. Jadi, menemukan lukisan dinding di situs Kemune ini seperti sensasi arkeologis," paparnya.

Sebagian bangunan dari reruntuhan istana ini memiliki ketinggian hingga sekitar tujuh meter. Bangunan ini juga diyakni sudah ditempati dalam waktu yang rekatif sangat lama.

Di dalamnya, para arkeolog mengidentifikasi keberadaan beberapa kamar. Dan di beberapa kamar, mereka menemukan batu bata berukuran besar yang digunakan sebagai lantai.

Mereka juga menemukan sepuluh tablet tanah liat berhuruf paku Mittani dan saat ini sedang diterjemahkan dan dipelajari oleh ahli filologi Dr. Betina Faist dari Universitas Heidelberg, Jerman.

Salah satu tablet menunjukkan bahwa situs ini kemungkinan besar adalah kota kuno Zakhiku, yang menurut para ahli, berdiri pada pertengahan Zaman Perunggu Tengah (sekitar 1800 SM).

Keterangan ini menandakan bahwa kota itu sudah ada semenjak 400 tahun sebelumnya. Temuan teks di dalam tablet tanah liat itu diharapkan akan memberi petunjuk lebih terang.

Pada zaman kuno, bangunan istana itu berdiri pada ketinggian di atas lembah, hanya 20 meter dari tepi timur Sungai Tigris kuno.

Pada periode Kekaisaran Mittani, dinding teras dari bata berlumpur itu dibangun di depan bagian barat istana untuk menstabilkan medan yang miring. Menghadap ke Lembah Tigris, istana itu pasti menghadap ke panorama yang mengesankan, kata tim arkeolog.

Sepuluh tahun silam, tim arkeolog dari Universitas Tubingen, Jerman, telah melakukan penggalian di situs Kemune, ketika air waduk masih rendah.

"Bahkan pada saat itu kami menemukan tablet runcing Mittani dan melihat sisa-sisa lukisan dinding berwarna merah dan biru," kata Hasan Ahmed Qasim.

Penggalian ini tidak dilanjutkan karena kawasan itu seringkali terendam banjir akibat pembangunan waduk Mosul pada pertengahan 1980-an. Barulah pada musim gugur lalu, penggalian itu dilanjutkan.

Menurut Ivana Puljiz, Kekaisaran Mittani adalah salah satu kerajaan yang paling jarang diteliti di kawasan Timur Dekat Kuno.

"Informasi tentang istana-istana dari Periode Mittani sejauh ini hanya tersedia dari Tell Brak di Suriah dan dari kota-kota Nuzi dan Alalakh, keduanya terletak di pinggiran kekaisaran.

"Bahkan ibukota Kekaisaran Mittani belum teridentifikasi sejauh ini. Karena itulah, penemuan istana Mittani di situs Kemune ini sangat penting bagi arkeologi," katanya.

Di masa kuno, kekuasaan Kekaisaran Mittani meliputi kawasan timur pantai Mediterania timur hingga kawasan timur bagian utara Irak.

Diperkirakan mereka berkuasa antara abad ke-15 hingga pertengahan abad ke-14 SM.

Para ahli menduga pusat kekuasaan mereka terletak di wilayah yang sekarang disebut kawasan Timur Laut Suriah. Di wilayah itu, diperkirakan ibu kota Mittani, Washukanni, berada.

Teks-teks tertulis dalam tulisan paku di tablet tanah liat Akkadia yang ditemukan di situs Tell el-Amarna di Mesir (masa kini) menunjukkan bahwa raja-raja Mittani berinteraksi secara setara dengan para firaun Mesir dan raja-raja Hatti dan Babilonia.

Misalnya saja, raja Mittani Tushratta menikahkan putrinya dengan Firaun Amenophis III.

Kekaisaran Mittani mulai kehilangan pengaruh politiknya sekitar 1350 SM. Sebagian besar wilayahnya kemudian di bawah kendali kerajaan tetangganya, yaitu orang-orang Hitti dan Asyuriah.

Kebudayaan Mittani dikenal karena karya keramik khasnya yang menggunakan pewarna.

Adapun armada kapalnya ditandai dengan lukisan cahaya yang ciri khasnya yang mencokok, sehingga kelak memungkinkan para arkeolog untuk menentukan periode waktu temuan situs arkeologi. (**H)


Sumber: detikNews





Berita Terkait

Tulis Komentar