Jakarta Tidak Dirancang untuk Ibu Kota

  • Kamis, 13 Juni 2019 - 07:14:21 WIB | Di Baca : 1605 Kali

SeRiau - TATA ruang Jakarta awalnya tidak dirancang khusus untuk ibu kota dan pusat pemerintahan, seperti halnya Washington DC di Amerika Serikat (AS).

Mengutip buku Ensiklopedia Jakarta, pada 1960-an Presiden Soekarno ingin menunjukkan kepada dunia internasional, kalau Indonesia itu negara merdeka yang punya semangat membangun. Karena itu, Presiden Soekarno menggagas pembangunan beberapa pembangunan besar, seperti Monumen Nasional (Monas), Sarinah, Hotel Indonesia (HI), Masjid Istiqlal, Senayan, dan Gedung DPR/MPR.

Bangunan-bangunan tersebut merupakan proyek monumental prestisius dari sisi skala, desain, dan biaya pada waktu itu. Ide pembuatan bangunan simbol arsitektural negara tersebut tidak diantisipasi untuk perkembangan jangka panjang, di samping lemahnya pertimbangan dari sisi konsep aspek arsitektur politik.

Karenanya dapat dilihat sekarang, Kota Jakarta sudah semakin semrawut dan tidak layak lagi menampung kegiatan bisnis sosial dan politik pemerintahan secara bersama-sama dalam satu wadah kota.

Idealnya sebuah perencanaan penataan kota seharusnya mempertimbangkan berbagai aspek kehidupan manusia yang meliputi penyediaan berbagai fasilitas dan pengembangan sarana dan prasarana kota, baik kesejahteraan, keamanan, kemacetan, kejahatan, dan polusi.

Kawasan Monas secara simbolik melambangkan identitas nasional yang menggambarkan kebesaran dan kedaulatan bangsa Indonesia di daerah ini terdapat kantor-kantor penting negara seperti Istana Presiden. Bangunan penting lainnya di sekitar Monas ialah Masjid Istiqlal, RRI, gereja, museum. Skala nasional kawasan ini merupakan openspace yang didesain secara formal untuk fasilitas publik yang merupakan simbol kerakyatan dan demokrasi. (**H)


Sumber: Okezone





Berita Terkait

Tulis Komentar