Sandi Keluhkan KPU yang Dianggap Tertinggal Secara Teknologi

  • Ahad, 05 Mei 2019 - 05:21:20 WIB | Di Baca : 1045 Kali

SeRiau - Calon wakil presiden nomor urut 02 Sandiaga Uno menyinggung penyelenggaraan pemilu di Indonesia yang sistemnya dianggap tertinggal dibandingkan dengan negara-negara lainnya.

Sandi memberikan contoh ketika dirinya menyerahkan laporan dana kampanye ke KPU pada Kamis (2/5). Sebelum menyerahkan laporan, Sandi kerap mencatat transaksi keuangan sebagaimana dilakukan para pengusaha. Catatan keuangan tersebut, sambung dia, beberapa kali dilaporkan ke KPU sebagai bentuk transparansi.

Kemudian Sandi menyebut, pada penghujung April catatan keuangan yang telah tujuh kali ditingkatkan tersebut, ternyata tidak bisa digunakan. Sementara batas waktu penyerahan laporan sudah mepet.

"KPU akhirnya bilang, ya sudah lah pakai sistem manual saja," jelas Sandi di Le Marley, Kota Bandung, Sabtu (4/5).

"Akhirnya, laporan keuangan yang telah kita susun dengan teknologi zaman now akhirnya harus balik, kalau Kang Aher (Ahmad Heryawan) bilang abad ke 17, ini kita bicara 35 tahun yang lalu ketika saya kuliah di akuntansi," lanjut dia.

Sandi menyayangkan, KPU ternyata soal laporan dana kampanye begitu kesulitan. Dia tak membayangkan bila KPU mesti melakukan proses situng yang kompleks dan belakangan ini ditemui sejumlah masalah.

"Untuk hal yang sangat mudah saja, KPU itu kesulitan tentang laporan dana kampanye. Saya membayangkan yang lebih kompleks seperti situs penghitungan situng yang sekarang jadi masalah luar biasa ini untuk kita percaya," ujar dia.

Sandi menyebut, jika terpilih kelak dirinya akan mengubah sistem pemilu sehingga menjadi lebih ekonomis, transparan, serta akuntabel.

"Saya ingin ubah dalam sistem pemilu kita yaitu menghadirkan sistem pemilu yang jauh lebih ekonomis oleh karena itu saya merancang kampanye kita ini sangat transparan dan akuntabel," kata dia.

Sedangkan mantan Wakil Gubernur Jawa Barat Ahmad Heryawan mengatakan, penghitungan suara di Indonesia yang dilakukan secara berjenjang mulai dari tingkat TPS hingga KPU RI membingungkan dan memakan waktu yang lama. Proses itu, kata dia, merupakan yang paling unik di dunia.

Aher kemudian memberi perbandingan Malaysia. Menurut dia, proses penghitungan suara di sana berlangsung begitu cepat. Jika masyarakat Malaysia mencoblos hari ini, keesokan harinya mereka dapat mengetahui pihak mana yang menjadi pemenang.

"Tetangga kita di Malaysia hari ini pemilu kemudian jam 2 dini hari esok harinya sudah diketahui siapa hasilnya, besok paginya diumumkan, terus dilantik, di Indonesia menghitung saja berbulan-bulan. Saya ga tau siapa yang salah," kata dia.

Aher berharap jika pasangan Prabowo-Sandi dinyatakan menang, keduanya dapat mengubah sistem penghitungan suara yang dianggapnya seperti abad 17 masehi. Dia pun berharap kelak Prabowo-Sandi bisa memangkas biaya pemilu yang saat ini senilai Rp 25 triliun menjadi Rp 4 triliun. (**H)


Sumber: kumparanNEWS





Berita Terkait

Tulis Komentar