Moise Kean, Korban Rasial yang Tak Pernah Berakhir di Serie A

  • Kamis, 04 April 2019 - 20:57:22 WIB | Di Baca : 1030 Kali

SeRiau - Sepak bola Italia masih belum benar-benar terbebas dari rasialisme. Baru-baru ini, bintang muda Juventus dan timnas Italia Moise Kean, jadi korban pelecehan rasial dari para suporter.

Kean tercatat menjadi pemain kulit hitam ketiga yang berhasil menembus ketatnya persaingan di timnas Italia. Sebelumnya, ada nama Fabio Liverani dan Mario Balotelli yang juga pernah membela Gli Azzurri.

Liverani yang sukses bersama Juventus dan Balotelli yang bersinar bersama Inter Milan tak lepas dari sasaran rasial. Keduanya pun tak bertahan lama membela timnas Italia.

Kini, Kean tengah berjuang melawan pelecehan warna kulit di pentas sepak bola Italia. Penyerang 19 tahun itu bahkan mendapat kecaman ketika terang-terangan melawan tindakan rasial dari suporter lawan.

Kean yang bersinar bersama Juve musim ini mendapat kesempatan menjalani debut di timnas senior Italia pada era kepemimpinan Roberto Mancini. Debutnya terjadi pada 20 November 2018.

Kala itu, Kean memulai pertandingan dari bangku cadangan ketika Italia menang 1-0 atas Amerika Serikat. Namun, penampilan Kean berhasil mencuri perhatian meski belum mampu menyumbang gol.

Selanjutnya, Kean tampil cemerlang ketika dipercaya membela timnas Italia di laga Kualifikasi Piala Eropa 2020. Pemain kelahiran Vercelli itu sukses mengemas dua gol dari dua pertandingan.

Performa gemilang Kean berlanjut di Juve. Pelatih Max Allegri mulai memberikan porsi bermain lebih banyak kepada pemain jebolan Asti dan Torino tersebut.

Sebanyak lima gol berhasil dilesakkan Kean bersama Juve di mana empat di antaranya dicetak di Serie A Liga Italia. Namanya pun mulai jadi perbincangan di pentas sepak bola Italia.

Namun, tak semua membahas soal talentanya sebagai pesepakbola. Kean masih harus berjuang keras menghadapi serangan rasial dari berbagai pihak, termasuk suporter.

Teranyar, Kean jadi korban tindakan pelecehan rasial ketika Juventus sukses mengalahkan Cagliari 2-0 pada laga lanjutan Serie A, Selasa (2/4) waktu setempat.

Kean yang dilecehkan suporter Cagliari nyaris di sepanjang laga, meluapkan kegembiraannya setelah berhasil mencetak gol kedua Juve di menit ke-85.

Yang jadi soal, Kean melakukan selebrasi dengan berdiri tepat di depan suporter lawan. Sambil membentangkan kedua tangannya, Kane seolah-olah membalas pelecehan yang dilakukan fan Cagliari.

Aksi Kean sempat menyulut amarah suporter tuan rumah. Bahkan, kapten Cagliari, Luca Ceppitelli, harus mendatangi mereka untuk menenangkan suporter yang kadung emosi.

Kapten Juventus Leonardo Bonucci menyadari rekan setimnya jadi korban pelecehan. Namun, ia mengkritik selebrasi Kean yang justru memicu kemarahan suporter lawan.

"Moise seharusnya tidak melakukan hal tersebut dan Curva (suporter) mestinya tidak bersikap demikian," kata Bonucci dikutip Sky Sports Italia.

"Kean tahu bahwa ketika dia mencetak gol, dia harus fokus melakukan selebrasi dengan rekan setimnya. Dia juga tahu bisa melakukan sesuatu yang berbeda," sambungnya.

Komentar Bonucci mendapat kritik pedas dari Balotelli. Mantan pemain Inter Milan tersebut menegaskan rasisme di Italia jauh lebih buruk dari negara lain yang pernah disinggahi Balotelli.

Balotelli yang kini merumput di Liga 1 Prancis bersama Marseille pernah mencicipi kompetisi Liga Primer Inggris bersama Manchester City dan Liverpool. Ia menilai aksi rasial di Inggris tidak seburuk di Italia.

"Di Inggris saya tak pernah menyaksikan yang seperti ini (aksi rasial) sementara di Prancis juga tidak banyak terjadi. Sementara di Italia, hal tersebut benar-benar ekstrem," ujarnya.

Pelatih Juventus Massimiliano Allegri mengatakan tidak terlalu memperhatikan insiden pelecehan rasial. Tapi, ia berharap para pelaku bisa diganjar sanksi tegas.

"Seperti biasa, di stadion ada orang idiot tetapi juga orang normal. Yang tidak beradab harus diidentifikasi dengan kamera dan tidak lagi diizinkan masuk," kata Allegri.

Sebelumnya, kasus rasisme juga dialami Raheem Sterling. Ia mendapat cemooh dari pendukung lawan saat timnas Inggris mengalahkan Montenegro 5-1 pada laga Kualifikasi Piala Eropa 2020, 25 Maret 2019.

Sterling pun memberikan perlawanan dengan memegang dua telinganya menirukan kuping kera. Sebab, fan Montenegro menirukan suara-suara tersebut di sepanjang laga untuk mengintimidasi pemain Inggris yang berkulit hitam.

Apa yang dialami Sterling tak jauh beda dengan yang terjadi pada Kean. Keduanya memilih untuk memberikan perlawanan secara terang-terangan terhadap aksi rasial dari balik tribune.

Meski demikian, karier Sterling di timnas Inggris terus berlanjut seiring penampilan mengkilapnya bersama Manchester City. Sementara Kean tengah berjuang mempertahankan keberadaannya di skuat Azzurri, sesuatu yang sulit ditembus kembali oleh Balotelli. (**H)


Sumber: CNN Indonesia





Berita Terkait

Tulis Komentar