Prospek Positif Ekonomi Global Kerek Harga Minyak

  • Selasa, 02 April 2019 - 07:47:46 WIB | Di Baca : 1166 Kali

SeRiau - Harga minyak dunia menguat ke level tertingginya sejak awal tahun pada perdagangan Senin (1/4), waktu AS. Penguatan dipicu oleh sinyal positif dari prospek perekonomian global dan pengetatan pasokan.

Dilansir dari Reuters, Selasa (2/4), harga minyak mentah berjangka Brent menguat US$1,43 atau 2,1 persen menjadi US$69,19, tertinggi sejak November 2018. 

Penguatan juga terjadi pada harga minyak mentah berjangka AS West Texas Intermediate (WTI) sebesar US$1,45 atau 2,4 persen menjadi US$61,59 per barel. Selama sesi perdagangan berlangsung, WTI sempat menyentuh level US$61,72 per barel atau tertinggi untuk hampir 5 bulan terakhir. 

Secara kuartalan, harga Brent pada kuartal I 2019 menguat 27 persen dan harga WTI menguat 32 persen. Pertumbuhan kedua harga acuan sepanjang kuartal I 2019 merupakan yang tertinggi dalam satu dekade terakhir.

"Ini merupakan satu, dua pukulan dari positifnya data manufaktur PMI di China dan AS, dua perekonomian terbesar di dunia. Hal itu mendorong kenaikan harga di pasar," jelas Partner Again Capital Management John Kilduff di New York. 

Selama ini, Kilduff mengungkapkan hambatan besar kenaikan harga karena lemahnya data ekonomi. Pasar saham AS mengalami reli setelah data manufaktur yang positif dari China dan AS mampu meredakan kekhawatiran terhadap perlambatan pertumbuhan ekonomi global. 

Sektor manufaktur China pada Maret 2019 secara tak terduga kembali tumbuh untuk pertama kalinya dalam 4 bulan terakhir. 
Pertumbuhan sektor manufaktur AS pada Maret 2019 juga lebih baik dari yang diperkirakan. Hal itu membuat investor mengacuhkan lesunya penjualan ritel pada Februari 2019 lalu. 

AS dan China menyatakan telah membuat progres pada pembicaraan perdagangan yang dilakukan di Beijing pada Jumat (29/3) lalu. Pemerintah AS menyatakan pembahasan berlangsung konstruktif seiring keinginan kedua negara untuk mengakhiri perang dagang.

Pada Minggu (31/3), Dewan Kenegaraan China menyatakan negaranya akan melanjutkan penundaan pengenaan tarif tambahan terhadap impor kendaraan dan onderdil dari AS setelah 1 April 2019. Hal itu menunjukkan itikad baik menyusul keputusan AS menunda kenaikan tarif impor dari China. 

Sementara itu, survei Reuters mencatat pemangkasan produksi yang dilakukan Organisasi Negara Pengekspor Minyak (OPEC) dan sekutunya telah menekan pasokan OPEC pada Maret ke level terendah dalam 4 tahun terakhir. Hal itu terjadi seiring pemangkasan produksi yang dilakukan Arab Saudi lebih besar dari komitmennya. 

Di saat bersamaan, produksi minyak Venezuela juga anjlok akibat pengenaan sanksi AS dan gangguan listrik. Penurunan pasokan juga terjadi di Iran karena pengenaan sanksi AS. 

Survei Reuters mencatat produksi minyak dari negara-negara OPEC pada Maret 2019 turun 280 ribu barel per hari (bph) dari bulan sebelumnya menjadi 30,4 juta bph. Angka produksi bulanan tersebut merupakan yang terendah sejak 2015. 

Ini menunjukkan para analis secara hati-hati mulai optimistis terhadap pasar minyak. Hal itu tercermin dari meningkatnya proyeksi rata-rata harga Brent tahun ini untuk pertama kalinya dalam 5 bulan terakhir menjadi US$67,12 per barel. 

Komisi Perdagangan Berjangka Komoditi AS (CFTC), pada Jumat (29/3) lalu, menyatakan manajer keuangan dan investasi telah mengerek taruhan pada posisi harga minyak mentah akan naik ke level tertinggi untuk lebih dari 5 bulan terakhir. 

Data Intercontinental Exchange juga menunjukkan spekulator minyak mentah Brent juga mengerek posisi beli bersih sebanyak 13.429 kontrak menjadi 322.035 kontrak pada pekan yang berakhir 26 Maret 2019. Capaian itu merupakan yang tertinggi sejak akhir Oktober 2018. 

Dari sisi pasokan, kenaikan produksi minyak AS sudah stabil. Akhir pekan lalu, pemerintah AS melaporkan rata-rata produksi minyak domestik dari produsen terbesar dunia itu melandai menjadi 11,9 juta barel per hari (bph) sepanjang Januari 2019. 

Baker Hughes mencatat pada pekan ketiga Maret, perusahaan energi AS memangkas jumlah rig yang beroperasi ke level terendah untuk hampir setahun. 

Lebih lanjut, AS telah menginstruksikan perusahaan trading dan kilang untuk memangkas lebih jauh kesepakatan dengan Venezuela. Jika hal itu tidak dilakukan perusahaan disebut menerima sanksi. Selain itu, AS juga telah mendesak Malaysia dan Singapura untuk waspada terhadap perdagangan minyak mentah gelap dari Iran di perairannya. (**H)


Sumber: CNN Indonesia





Berita Terkait

Tulis Komentar