KPU Didesak Minta Maaf ke Publik karena Debat Perdana Tak Menarik

  • Sabtu, 19 Januari 2019 - 11:54:03 WIB | Di Baca : 1165 Kali

SeRiau - Debat perdana Pilpres 2019 telah usai digelar, Kamis (17/1) lalu. Berbagai kritik dan masukan dilayangkan kepada KPU terkait penyelenggaraan debat. Bahkan, menurut mantan Komisioner KPU Sigit Pamungkas, KPU harus meminta maaf ke publik karena telah menyelenggarakan debat yang kurang menarik. 

“Terkait dengan debat pertama saya pikir KPU bisa minta maaf ke publik ya, kan waktu itu janji kepada publik debatnya menarik pasti, substansi dipersiapkan dengan bagus, kandidat menjawab dengan posisi ideologi yang matang,” kata Sigit saat diskusi Perspektif Indonesia: Debat Sudah Hebat? di The Atjeh Connection, Menteng, Jakarta Pusat, Sabtu (19/1).

“Tapi kita justru tidak melihat apa yang dijanjikan, bahwa kandidat menunjukkan sesuatu yang wow gitu tidak muncul,” pungkasnya.

Menurut Sigit, hal ini disebabkan karena pemberian kisi-kisi atau bocoran pertanyaan debat yang diberikan kepada paslon sebelum debat. Sigit menganggap adanya bocoran pertanyaan membuat paslon terbebani dan tak menunjukkan gagasan yang nyata saat debat.

"Orang yang dipresepsikan hebat justru karena metode yang dipilih KPU membagi soal bocoran, malah (paslon) terbebani bahan yang dibawa dari rumah, jadi tidak bisa menunjukan otentisitas tadi. Bahkan sekelas Pak Sandiaga itu juga bawa catatan, catatannya bukan kecil, tapi buku debatnya (berisi kisi-kisi) dibawa sekalian," ungkapnya.

Sigit mendesak agar KPU segera mengevaluasi dan mempertimbangkan kembali dalam memberikan kisi-kisi pertanyaan di debat selanjutnya. Sehingga debat, kata Sigit, akan menjawab pertanyaan publik terkait gagasan yang akan dibawa masing-masing paslon dalam memimpin Indonesia lima tahun mendatang.

“Problem debat selama ini kan bukan pada ketidakmampuan kandidat menjawab, tapi bagaimana hadirnya perdebatan yang menjawab seluruh kebijakan, visi dan misi kandidat,” pungkas Sigit. (**H)


Sumber: kumparanNEWS





Berita Terkait

Tulis Komentar