Tinggi Berkurang, Gunung Anak Krakatau Tak Akan Hilang

  • Sabtu, 29 Desember 2018 - 13:24:24 WIB | Di Baca : 1194 Kali

SeRiau - Badan Geologi Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) serta Pusat Vulkanologi dan Mitigasi Bencana Geologi atau PVMBG menyatakan, tinggi Gunung Anak Krakatau di Selat Sunda mengalami pengurangan dari semula 338 meter menjadi 110 meter. 

Sekretaris Badan Geologi Kementerian ESDM Antonius Ratdomopurbo mengungkapkan, volume gunung tersebut juga menyusut, yakni dari yang diperkirakan sebesar 250 juta meter kubik menjadi sekitar 40-70 juta meter kubik.

"Yang hilang kan sekitar 150 juta, pokoknya bentuk gunungnya begitu dikurangi bentuk sekarang jadi yang hilang kira-kira 150 sampai 180 juta meter kubik. Hanya kita enggak tahu cara hilangnya sekaligus atau enggak," katanya di Gedung Kementerian ESDM, Jakarta, Sabtu, 29 Desember 2018.

Dia yakin penyusutan itu tidak terjadi sekaligus. "Musti melorot itu, mungkin waktu ada abu itu. Kira-kira (volume) tadinya 250 juta meter kubik. Sekarang tinggal 50, berarti seperlimanya lah atau 25 persen lah paling banter," ujar pria yang akrab disapa Purbo itu.

Meski mengalami pengurangan cukup signfikan namun hal itu bukan menjadi bukti autentik bahwa longsoran lereng Krakatau pasti menyebabkan tsunami, sebagaimana yang terjadi pada 22 Desember 2018 lalu. Sebab, longsoran Gunung Anak Krakatau terus terjadi akibat aktivitas vulkanik dalam gunung tersebut yang tidak pernah berhenti.

"Bukan berarti kalau enggak ada tsunami itu enggak ada longsoran. Ya ada saja, tapi mungkin volumenya tidak mampu untuk memicu tsunami. Tapi longsoran terjadi terus ya namanya lereng, tidak cukup besar. Tapi kita harus konfirmasi apakah betul longsoran itu akibatkan tsunami. Bukti-bukti di lapangan belum ada," ujarnya.

Meskipun saat ini tinggi dan volume Gunung Anak Krakatau mengalami penyusutan aktivitas erupsi vulkaniknya, namun, dia menegaskan, hal itu tidak akan menjadikan Gunung Anak Krakatau hilang.

"Dari pengalaman tidak pernah sampai hilang. Dulu lahir 1927 mulai aktif. Muncul di permukaan kira-kira 1929. Setelah muncul dari sejarah tidak pernah turun lagi sampai di bawah permukaan laut. Kalau turun lagi senang lah gunungnya hilang satu," ujarnya. (**H)


Sumber: VIVA





Berita Terkait

Tulis Komentar