Pengamat: Komentar 'Nyeleneh' Edy Karena Tekanan Netizen

  • Sabtu, 08 Desember 2018 - 21:16:23 WIB | Di Baca : 1117 Kali

SeRiau - Pengamat sepak bola Mohamad Kusnaeni menilai Ketua Umum PSSI Edy Rahmayadi sering mengeluarkan komentar 'nyeleneh' karena menghadapi tekanan netizen di dunia maya.

Dalam beberapa waktu terakhir, Edy terus mendapat sorotan seiring prestasi Timnas Indonesia yang buruk. Dalam menanggapi hal tersebut, Edy beberapa kali mengeluarkan komentar 'nyeleneh'.

"Begini, kita harus memahami. Di era media sosial, apa yang disampaikan beliau nyeleneh dan tidak mainstream. Ekspektasi publik adalah beliau memberikan jawaban yang formal. Ketum PSSI sadar dia tidak berdaya hadapi netizen," kata Kusnaeni kepada CNNIndonesia.com melalui sambungan telepon.

"Dia [Edy] sadar dalam posisi diserang dan tak bisa mengubah opini publik, jadi dia mencoba mencairkan kebekuan. Dia mencoba mencairkan kebekuan dengan menyampaikan sesuatu di luar ekspektasi. Di samping itu, dia [berusaha] mengurangi tekanan lembaga kepada dirinya," katanya menambahkan.

Komentar Edy yang baru-baru ini viral adalah pernyataan tentang cara mengatasi persoalan pengaturan skor di Indonesia. Ia berpendapat pengaturan skor bisa diatasi bila guru mengaji dan pendeta diperbanyak di Indonesia. Sontak komentar itu menuai banyak tanggapan di media sosial.

"Hanya saja, karena dia punya image sebagai seorang tentara yang lurus dan formal, itu [komenter 'nyeleneh'] terasa mengejutkan. Dia tahu jawaban apapun pasti dapat tekanan dari netizen," ucap Kusnaeni.

Sebelum komentar tentang guru ngaji dan pendeta, Edy kerap kali ditekan untuk mundur dari jabatan sebagai Ketua Umum PSSI. Sebagian netizen menilai ia tidak fokus mengemban jabatan lantaran saat ini Edy juga menjadi Gubernur Sumatera Utara.

Edy sudah dengan tegas menolak untuk mundur dari Ketum PSSI.

"Itu hak dia menolak mundur, tidak ada alasan dia untuk mundur selain ada permintaan dari voters. Itu kalau secara substansi, kalau secara etika lain lagi. Secara substansi, (permintaan) Ketum PSSI mundur harus dari voters," ujar Kusnaeni.

"Ingat, yang punya PSSI bukan rakyat tapi voters. Jadi dari sisi substansi tidak bisa disalahkan, dan dari psikologi komunikasi itu bagian dari upaya penyelesaian. Saya tidak mempersoalkan teknik komunikasi publik dia, dia bermain dengan psikologi komunikasi," katanya melanjutkan. 

Lebih lanjut, Kusnaeni menyampaikan hal terpenting adalah Edy mampu menyelesaikan persoalan sepak bola Indonesia.

"Yang penting substansi masalahnya dipecahkan tidak? Minimal dia sudah melakukan hal positif dengan memberhentikan Exco [Hidayat, Komite Eksekutif PSSI terduga pengaturan skor], meskipun itu hukumannya ringan," tutur Kusnaeni.

"Sekarang, dia berhenti atau bergerak lebih jauh? Dia kan seorang tentara, pasti punya naluri intelijen yang baik. Yang saya tunggu, dia berbuat apa setelah itu [memberhentikan Hidayat]?" tuturnya kembali.

Kusnaeni berharap komentar 'nyeleneh' Edy tidak menjadi suatu hal yang permanen, melainkan hanya teknik komunikasi untuk hadapi situasi sulit. Ia paham sekarang ini situasi sedang darurat bagi PSSI.

"Ketika keadaan normal, saya harapkan perbaiki komunikasinya. Sekjen [PSSI, Ratu Tisha Destria] juga tidak bagus terkadang komunikasinya, ditanya apa jawab apa," ucapnya. (**H)


Sumber: CNN Indonesia





Berita Terkait

Tulis Komentar