Pembunuhan Sadis Atlet Sepak Bola yang Kejutkan Brasil

  • Kamis, 29 November 2018 - 19:35:30 WIB | Di Baca : 1428 Kali

SeRiau - Daniel Correa Freitas masih tersenyum dalam foto-foto yang dia kirim ke kawan-kawannya melalui ponsel pada 27 Oktober silam. Atlet sepak bola Brasil ini tengah berbaring di tempat tidur. Di sampingnya tertidur pulas Cristiana Brittes, istri pemilik rumah.

Beberapa hari usai foto itu dikirim, Freitas ditemukan tak bernyawa di hutan kota São Jose dos Pinhais, negara bagian Paraná. Dia dibunuh dengan sadis. Lehernya nyaris putus, tubuhnya hampir tanpa busana, dan -ya ampun- kemaluan dipotong. 

Pria 24 tahun itu dikebiri. Kemaluannya ditemukan tidak jauh dari tubuhnya berada.

Kasus ini mengejutkan Brasil dan sebulan setelahnya penyelidikan masih terus dilakukan. Satu per satu tersangka telah ditangkap dengan pelaku utama Edison Brittes, suami Cristiana. 

Melalui video, Edison mengakui dia membunuh Freitas karena pemuda itu hendak memperkosa istrinya. Pengusaha kawakan ini mendengar istrinya berteriak dari kamar, dan dia juga melihat foto-foto Freitas satu kasur dengan istrinya tersebut.

Karena gelap mata, Edison tidak bisa berpikir jernih. Seperti dilansir New York Post, Edison tidak tahu bahwa foto-foto yang dikirim Freitas ke kawannya adalah main-main belaka. 

Polisi juga sangsi apakah perkosaan itu benar-benar terjadi. Pasalnya, penyelidikan menunjukkan Freitas dalam keadaan mabuk berat kala itu sehingga serangan seksual sulit dilakukan. Cristiana juga tengah mabuk, bisa jadi dia tidak sadar apa yang diucapkannya.

Pesta ulang tahun

Freitas mulai jadi atlet sepakbola di usia 19 tahun untuk kelab sepak bola Botafogo sebagai penyerang tengah. Kariernya yang cemerlang membuat dia ditransfer ke kelab Sao Paulo pada 2015 lalu dipinjamkan ke Coritiba pada 2017.

Sejak awal tahun ini, dia bermain untuk kelab Ponte Preta lalu Sao. Dua tim ini berada di Seri B Brazilian Championship. 

Namun dalam dua bulan sebelum kematiannya, Freitas hanya duduk di bangku cadangan lantaran cedera yang dialaminya. Dia kemudian mengambil cuti untuk istirahat berlibur di Parana. Di tengah masa inilah, nyawanya berakhir tragis.

Peristiwa bermula pada 26 Oktober ketika Freitas diundang menghadiri pesta ulang tahun ke-18 salah seorang penggemarnya, Allana Brittes, putri Edison, di sebuah kelab malam. Pamor Freitas membuat dirinya disenangi keluarga Edison dan diundang untuk pesta lanjutan di rumah Edison.

Pesta di kediaman Edison digelar untuk tamu terbatas, hanya kawan-kawan dekat. Mereka bersenang-senang, minum-minum sampai pagi. Matahari belum benar-benar terbit pada 27 Oktober ketika Freitas mengirim pesan di WhatsApp kepada kawan-kawannya, sesumbar akan berhubungan seks dengan ibunda Allana, Cristiana.

"Saya akan memangsa ibu gadis yang berulang tahun, ayahnya di sini," tulis Freitas kepada kawannya, sambil mengirim fotonya berbaring di samping Cristiana.

"Pria itu akan memukulimu," balas seorang kawan Freitas di WhatsApp. 

Tidak hanya dipukuli, Freitas juga dibunuh.

Menurut penyidik Joao Milton Salles kepada Globo TV akhir pekan lalu, foto itu hanya rekaan. Salles mengatakan, Cristiana justru yang meminta Freitas mengambil foto tersebut untuk membuat kagum kawan-kawannya.

"Dia diduga membuat atlet itu percaya bahwa lelucon (berfoto di samping dirinya) tidak berbahaya," kata Salles. 

Mayat Freitas Ditemukan

Beberapa hari setelah peristiwa itu, mayat Freitas ditemukan oleh seorang warga di tengah hutan. Berita kematian Freitas menjadi tajuk pemberitaan utama di seluruh media Brasil. Pembunuhnya belum ketahuan.

Di titik ini, keluarga Edison memajang wajah lugu. Mereka mengaku tidak tahu menahu. Bahkan Edison menelepon kawan-kawan Freitas untuk menyampaikan belasungkawa. 

"Kami tidak tahu apa yang terjadi. Dia tidak meninggalkan ponselnya, dia pergi. Allana syok. Saya harus menenangkannya," kata Edison.

Namun dua hari setelah ditemukannya mayat Freitas, Edison ditangkap polisi karena dituduh sebagai pembunuhnya. Keesokan harinya, Edison mengaku di video bahwa dia yang membunuh Freitas karena atlet itu mencoba memperkosa istrinya.

Ketika itu, kata Freitas, dia mendengar teriakan di kamar utama. Edison mendobrak kamar tersebut dan mendapati Freitas tengah menindih Cristiana.

"Saya melakukan apa yang semua pria akan lakukan. Karena wanita ini bukan hanya istri saya, dia adalah semua wanita di Brasil," kata Edison, mencari pembenaran pembunuhannya.

"Itu bisa saja menimpa putrimu, saudara perempuanmu, ibumu atau istrimu. Saat itu dia adalah istri saya, Cris, yang telah saya nikahi 20 tahun."

Edison mengatakan dia memukuli Freitas dan membawanya keluar dari rumah. Kemarahan Edison semakin meluap ketika melihat foto-foto Freitas di ranjang bersama istrinya. Puas memukuli Freitas hingga tidak sadarkan diri. Dia lalu membawa atlet itu ke hutan untuk dibunuh. 

Dalam pemeriksaan polisi, darah terlihat berceceran di kamar rumah dan mobil Edison. Autopsi menunjukkan Freitas ditikam dengan pisau hingga lehernya nyaris putus. Dia lalu dibawa di bagasi mobil lalu dibuang ke hutan.

Sebuah analisa menunjukkan kemungkinan Freitas masih hidup ketika dia dikebiri. Pemeriksaan darah korban menunjukkan kadar alkohol yang sangat tinggi. Kondisi mabuk berat ini, menurut detektif, membuat Freitas mustahil melakukan serangan seksual.

"Faktanya tidak seperti itu. Kami mengidentifikasi mereka yang ada di rumah dan pelaku utama malam itu. Kami yakin ada tiga orang yang masuk ke kamar dengan Edison untuk membunuh Daniel," kata penyidik Amadeu Trevisan.

Polisi menahan tujuh orang dalam kasus ini. Empat orang di antaranya berusia 18 hingga 19 tahun, disebut kaki tangan yang membantu pembunuhan Freitas. Dua tersangka lainnya adalah Allana dan Cristiana karena dianggap ikut andil dalam pembunuhan atau tidak berupaya mencegahnya. 

Penyelidikan masih berlangsung hingga saat ini dan Edison bersikeras mengaku melakukan pembunuhan itu seorang diri. (**H)


Sumber: kumparanNEWS





Berita Terkait

Tulis Komentar