TKN Jokowi: Soeharto Butuh 15 Tahun untuk Swasembada Beras

  • Rabu, 21 November 2018 - 21:07:18 WIB | Di Baca : 1217 Kali

SeRiau - Juru Bicara Tim Kampanye Nasional Jokowi-Ma'ruf Ace Hasan Syadzily menanggapi keinginan partai Berkarya yang ingin swasembada pangan  seperti era Soeharto bila Prabowo menang. Ia menilai tidak gampang untuk mewujudkan swasembada pangan. 

"Pemerintahan Orde Baru saja membutuhkan waktu lebih dari 15 tahun untuk swasembada beras. Baru 1984, pemerintahan Soeharto mampu menghasilkan swasembada," kata Ace saat dihubungi, Rabu 21 November 2018.

Menurutnya, harus disepakati dulu apa yang dimaksud dengan swasembada itu, apakah produksi beras itu surplus. Jika mengacu pada konsep itu, sejak tahun 2011 hingga 2017 trend kenaikan produksi beras terus mengalami kenaikan yakni  65,75 juta ton pada tahun 2011 dan 81,38 juta ton pada tahun 2017.  

"Capaian 2017 sebenarnya sudah melampaui target produksi beras yang ditetapkan yakni sebesar 79 juta ton, membuat pertumbuhan capaian dari tahun sebelumnya sebesar 2,56%," kata Ace.

 Ia menyebutkan berdasarkan data BPS, surplus beras tahun 2017 terhitung 13,81 juta ton. Surplus tersebut dihitung dari jumlah produksi dikurangi angka total kebutuhan beras/konsumsi, yakni berdasarkan jumlah penduduk dikalikan tingkat konsumsi per kapita.

"Angka produksi 2017 padi 81,3 juta ton atau setara beras 47,29 juta ton, dan  pertumbuhan penduduk menjadi 261,89 juta jiwa dikalikan tingkat konsumsi 114,6 kg, maka total konsumsi beras mencapai 33,47 juta ton. Dari perhitungan tersebutlah angka surplus beras diperoleh," kata Ace.

Menurut data, ia melanjutkan memasuki dekade 1990-an, Indonesia terpaksa kembali mengimpor beras dari negara lain. Bahkan, pada 1995, ketergantungan terhadap impor beras melambung hingga mencapai angka sekitar 3 juta ton.

"Situasi beranjak parah lantaran kala itu krisis ekonomi mulai mengintip kawasan Asia, yang kemudian benar-benar melanda Indonesia pada 1997 dan 1998. Data BPS dan Kementerian Pertanian menyebutkan, produksi beras nasional tahun 1998 hanya sekitar 33 juta ton, sedangkan konsumsinya mencapai lebih dari 36 juta ton," kata Ace. (**H)


Sumber: VIVA





Berita Terkait

Tulis Komentar