Habib Rizieq blak-blakan terkait kontroversi pemasangan bendera ISIS di Arab Saudi

  • Sabtu, 10 November 2018 - 23:37:38 WIB | Di Baca : 1163 Kali

SeRiau - Pimpinan Front Pembela Islam (FPI) Habib Rizieq Syihab tiba-tiba muncul dalam video Youtube di akun Front TV untuk mengklarifikasi kesimpangsiuran berita yang terjadi kepadanya di Arab Saudi. Dalam video yang berjudul '[EKSKLUSIF] PERNYATAAN IMAM BESAR HABIB RIZIEQ SYIHAB TERKAIT POSTER FITNAH DI SAUDI' itu, Rizieq merasa perlu meluruskan informasi terkait penangkapannya di Arab Saudi terkait pemasangan bendera ISIS.

"Perlu kita sampaikan yang pertama adalah bahwa ya, memang ada satu pihak, entah seseorang atau mungkin lebih dari satu orang, telah menempelkan dengan double stip, yaitu suatu poster yang terbuat dari plastik, di dinding rumah saya atau tempat tinggal saya atau kami semua, bagian sebelah luar, yaitu di wilayah belakang rumah," kata Rizieq yang ditemani istri dan ketiga anaknya di video tersebut yang disadur merdeka.com, Jumat (9/11).

"Mereka datang dengan santun, dengan sopan, kemudian meminta saya selaku penghuni rumah untuk menemui mereka di lapangan parkir di belakang rumah saya, maka saya segera menemui mereka," lanjut dia.

Rizieq menegaskan pada saat dia keluar dari rumah, poster yang disebutkan itu sudah tidak ada, sudah dicabut oleh aparat keamanan Saudi. Jadi, lanjut dia, tidak pernah lihat poster yang dipasang tersebut. Para aparat keamanan Saudi tersebut, kata dia, mereka meminta kesediaannya untuk ikut ke kantor polisi dalam rangka untuk dimintai keterangan.

"Karena itu saya tidak ingin menjadi perhatian tetangga atau perhatian orang, adanya aparat keamanan yang datang, saya setuju dan saya berangkat yaitu bersama mereka. Jadi tidak betul kalau ada berita saya ditangkap, saya ditahan, rumah saya disergap kemudian digeledah, itu semua bohong. Jadi tidak ada penggeledahan, tidak ada penyergapan. Yang ada mereka datang, mereka turunkan poster, mereka meminta saya menemui mereka, dan mereka minta kesediaan saya untuk memberi keterangan di kantor kepolisian," tutur dia.

Pada saat dimintai keterangan di kantor kepolisian, lanjut Rizieq, ada tiga pertanyaan utama yang diberikan kepadanya.

"Pertama, apakah saya yang menempelkan poster tersebut? Maka dengan tegas dan singkat saya katakan, bukan. Kemudian yang kedua pertanyaannya apakah saya tahu, siapa orang atau pihak yang menempelkan poster tersebut? Maka saya jawab juga dengan singkat dan tegas, saya tidak tahu. Kemudian pertanyaan yang ketiga, pertanyaannya adalah adakah saya ada menduga atau mencurigai pihak-pihak tertentu yang ingin mencelakai saya? Sehingga menempatkan poster tersebut agar saya bermasalah dengan pihak keamanan di Saudi," ungkap dia.

"Di bagian ketiga ini saya bercerita cukup panjang, saya ceritakan tentang posisi saya, tentang apa yang saya hadapi selama ini, tentang adanya berbagai macam upaya-upaya jahat yang dilakukan oleh sementara pihak untuk mencelakakan kami sekeluarga. Nah kemudian pihak kepolisian Saudi Arabia menggali informasi lebih banyak berkaitan dengan pertanyaan yang nomor tiga tersebut," tambah dia.

Karena pemeriksaan sudah lewat tengah malam, maka pihak kepolisian minta Rizieq istirahat, dan untuk menginap di sana, karena ada beberapa bagian yang harus dirapikan terkait daripada administrasi di kantor polisi. "Saya setuju, saya menginap di sana, keesokan harinya kemudian dilanjutkan yaitu satu dua pertanyaan, selesai itu kemudian mereka rapikan administrasinya," kata dia.

Pada saat menunggu proses, lanjut dia, daripada keadministrasian karena kepolisian menyatakan saya sebagai korban, jadi saya bukan sebagai pelaku kejahatan, saya sebagai korban, bahkan polisi memahami betul ada pihak-pihak yang sampai saat ini masih dicari, ingin memfitnah saya terkait dengan organisasi ISIS, terkait dengan tindak terorisme dan lain sebagainya, untuk membuat saya menjadi bermasalah di Saudi Arabia.

"Tapi alhamdulilah pihak keamanan Saudi Arabia ini mereka cukup cermat cukup teliti, cukup cerdas, cukup santun dan kooperatif, dan mereka cukup jeli di dalam menggali daripada keterangan-keterangan tersebut, sehingga mereka memutuskan saya ini sebagai korban. Dan saya dipersilahkan untuk kembali. Nah pada saat saya ingin kembali, tentu harus ada administrasi yang diselesaikan dulu tanda tangan, kemudian cap jempol, identitas dan lain sebagainya, saat itu Kafil saya datang didampingi oleh utusan dari pak Konjen, yaitu kepala daripada Konsulat Jendral Republik Indonesia di Jeddah. Jadi ada seorang utusan yang diutus oleh pak Konjen, datang untuk pendampingan kekonsuleran. Tetapi memang saat itu masalah sudah selesai. Saya hanya tinggal pulang," kata dia.

"Kemudian saya pulang, utusan dari Konjen pun ikut bersama saya ke rumah saya, sehingga saya bisa bercerita apa-apa yang saya dimintai keterangan, dan saya berikan keterangan tersebut kepada pihak konsulat," jelas dia. (**H)


Sumber: Merdeka.com





Berita Terkait

Tulis Komentar