Kata Sosiolog-Pengusaha soal Usulan Zona Indonesia Jadi WITA

  • Ahad, 28 Oktober 2018 - 22:04:22 WIB | Di Baca : 1079 Kali

SeRiau - Indonesia Marketing Association (IMA) mengusulkan agar tiga zona waktu di Indonesia menjadi satu yaitu Waktu Indonesia Tengah (WITA). Usulan tersebut telah dikaji sejak 2005 dengan melibatkan sejumlah pakar dan praktisi sebelum dideklarasikan pada Minggu 28 Oktober 2018.

Sosiolog Universitas Indonesia Imam B Prasodjo mengatakan masalah ketimpangan yang saat ini perlu dibenahi bukan di pedesaan atau perkotaan. Melainkan antara Indonesia bagian barat dan timur. 

Barat berkembang pesat karena sebagai pusat pemerintahan sekaligus bisnis di Indonesia. "Ternyata kalau dihitung-hitung secara birokrasi kantor hubungan antara orang di WIB dan WIT itu hanya dua jam. Di sana (timur) sudah bekerja, kita masih tidur. Di sana sudah pulang (kantor) di sini masih bekerja," kata Imam saat menghadiri deklarasi Satu Zona Waktu di Gedung Indonesia Menggugat (GIM), Jalan Perintis Kemerdekaan, Kota Bandung, Minggu (28/10/2018).

Imam menjelaskan dengan samanya semua zona waktu yakni merujuk pada WITA, maka kesempatan atau jendela komunikasi semua belahan Indonesia bisa penuh hingga delapan jam waktu kerja. Belum lagi, kata Imam, dari segi efisiensi energi hal itu sangat memungkinkan. 

Sebab, menurut dia, penggunaan energi tidak perlu lagi bergiliran karena dipakai bersamaan. "Kalau ini dilakukan akan menjadi lompatan gratis karena tinggal ubah Perpres. Intinya waktu memungkinkan di barat, tengah dan timur bisa terkoneksi secara sosial, bisnis dan birokrasi secara bersamaan," tuturnya.

"Dari sisi teman-teman media juga diuntungkan. Prime time itu misal jam 19.00-21.00 WIB ada pidato presiden. Di WIB mungkin masih bisa ditonton, tapi untuk di WIT itu kan sudah masuk jam tidur," ucap Imam menambahkan.

Dari sisi ekonomi, Imam pun menyebutnya akan ada keuntungan seperti di bursa efek. Sebab selama ini bursa efek Indonesia buka satu jam lebih lama dibanding dengan Singapura.

"Kalau urusan salat saya rasa tidak ada pengaruh. Karena kan salat tidak merujuk pada jam tapi waktu matahari. Memang awal-awal akan membingungkan, maka perlu ada waktu transisi," ujar Imam.

Ketua Asosiasi Pengusaha Ritel Indonesia (Aprindo) Roy Nicholan Mandey sangat mendukung mengenai usulan tersebut. Menurut dia, hal itu tidak hanya menguntungkan pengusaha, tapi juga warga.

Roy menuturkan keuntungan yang diperoleh bagi para pengusaha ialah waktu dan biaya produksi juga logistik akan lebih efisien. Sehingga bisa berpengaruh pada pertumbuhan ekonomi.

"Bagi masyarakat juga ada untungnya dengan pemerataan diskon dan informasi lain. Karena semua terpusat rata-rata di Jakarta, informasi diskon itu terjeda waktu sampai ke timur. Sehingga sering di timur itu masih pakai harga lama," katanya di tempat yang sama.

Ia berharap hal tersebut mendapat respon positif dari pemerintah pusat. Sehingga keuntungan bisa dirasakan oleh semua pihak. "Betapa efektif dan efisiennya Indonesia satu waktu. Masyarakat, pengusaha bisa diuntungkan," ujar Roy. (**H)


Sumber: detikNews





Berita Terkait

Tulis Komentar