Trump Ancam Tingkatkan Senjata Nuklir Untuk Tekan Rusia dan China

  • Selasa, 23 Oktober 2018 - 14:41:43 WIB | Di Baca : 1121 Kali

SeRiau - PresidenDonaldTrump memperingatkan bahwa Amerika Serikat akan meningkatkan persenjataannuklirnya untuk menekan Rusia dan Cina.

Di depan para wartawan, ia mengulangi pandangannya bahwa Rusia telah melanggar traktat persenjataan nuklir jarak menengah (Intermediate-Range Nuclear Forces INF) 1987.

Trump, karenanya mengancam akan membatalkan perjanjian itu.

Sejauh ini Rusia membantah tudingan Trump ini.

Perjanjian INF itu ditandatangani di era Perang Dingin untuk mengurangi ketegangan terkait kemampuan serang Uni Soviet terhadap negara-negara Eropa.

Rusia memperingatkan akan membalas dalam bentuk yang setara jika AS mengembangkan persenjataan mereka lebih banyak lagi.

Presiden Trump mengatakan AS akan membangun persenjataan mereka 'hingga orang-orang tersadar'.

"Ini merupakan ancaman bagi siapa pun yang ingin memasukkan Cina dan Rusia dan siapa pun yang ingin bermain-main dengan situasi ini... (Rusia) tidak patuh pada semangat perjanjian itu atau pada perjanjian itu sendiri. "

Sementara itu, Penasihat Keamanan Nasional AS John Bolton mengadakan pembicaraan di Moskow setelah Rusia mengutuk rencana AS untuk keluar dari kesepakatan itu.

Para pejabat Rusia mengatakan kepada Bolton bahwa sikap AS itu akan merupakan 'pukulan serius' bagi rezim non-proliferasi nuklir.

Betapa pun, Sekretaris Dewan Keamanan Rusia Nikolai Patrushev mengatakan juga bahwa Kremlin 'siap' untuk bekerja dengan AS untuk menghapus ketidakpuasan masing-masing atas INF.

Saat Bolton mengawali kunjungannya, Moskow memperingatkan akan mengambil langkah untuk menjaga keseimbangan kekuatan nuklir.

"Kami perlu mendengar penjelasan pihak Amerika tentang masalah ini," kata juru bicara Kremlin Dmitry Peskov. "(Jika AS) Membatalkan traktat itu, Rusia akan terpaksa mengambil langkah demi kepentingan keamanannya sendiri."

Apa isi perjanjian INF itu?

Perjanjian INF ditandatangani oleh Presiden AS Ronald Reagan dan Mikhail Gorbachev, pemimpin Soviet terakhir, pada masa-masa akhir Perang Dingin.

INF melarang pemilikan rudal jarak menengah berpeluncur darat, dengan jarak jangkau antara 500 dan 5.500 km, baik nuklir maupun konvensional.

Hari Minggu (21/10), salah satu penandatangan perjanjian INF, Mikhail Gorbachev, mengatakan penarikan AS akan menjungkirbalikan berbagai upaya yang dikerahkan selama ini untuk mewujudkan perlucutan senjata nuklir.

Sebaliknya AS di bawah Donald Trump bersikeras bahwa Rusia telah melanggar kesepakatan dengan mengembangkan rudal jarak menengah baru yang disebut Novator 9M729 - yang dikenal NATO sebagai SSC-8 - yang memungkinkan Rusia untuk meluncurkan serangan nuklir di negara-negara NATO pada waktu yang sangat singkat.

Moskow menyangkal bahwa rudal itu merupakan pelanggaran atas INF, tetapi bulan Juli lalu NATO menegaskan bahwa penjelasan Rusia itu tidak kredibel, dan menurut mereka, "kesimpulan yang paling masuk akal adalah bahwa Rusia melanggar perjanjian itu".

Menteri luar negeri Jerman menyatakan rencana Trump keluar dari INF 'sangat disesalkan', dan menyebut perjanjian itu "sangat penting, terutama bagi kami di Eropa".

Namun membatalkan INF juga dianggap sebagai langkah yang tertuju ke Cina, yang belum turut menandatangani kesepakatan itu dan karenanya dapat mengembangkan senjata sesuka hati mereka.

Keputusan itu dikhawatirkan pula akan menciptakan ketidakpastian atas masa depan perjanjian AS dan Rusia lainnya terkait perlucutan senjata, seperti Perjanjian Baru Pengurangan Senjata Strategis yang akan berakhir pada Februari 2021.

Sebelum ini AS pernah pula menarik diri dari perjanjian senjata, yakni pada 2002, ketika Presiden George W Bush menarik AS keluar dari Perjanjian Rudal Anti-Balistik, yang melarang pembuatan senjata yang dirancang untuk mencegat rudal balistik nuklir. (**H)


Sumber: detikNews





Berita Terkait

Tulis Komentar