Puluhan Luka Akibat Ledakan dalam Pemilu Afghanistan

  • Sabtu, 20 Oktober 2018 - 21:43:27 WIB | Di Baca : 1111 Kali

SeRiau - Serangkaian ledakan yang diduga dilancarkan oleh Taliban terjadi di tempat pemberian suara (TPS) di Kabul dan sejumlah kota lain Afghanistan, yang menyebabkan puluhan orang menjadi korban ketika mereka mengikuti pemilihan parlemen negara itu. 

Selain serangan roket dan bom, pemilu legislatif yang telah ditunda selama tiga tahun ini berlangsung kacau dan banyak tempat pemberian suara tutup karena masalah teknis dan kurang petugas TPS. 

Pejabat dari kementerian kesehatan Afghanistan mengatakan setidaknya tiga orang tewas dan lebih dari 30 orang luka-luka dalam ledakan yang terjadi beberapa jam setelah Taliban meminta warga memboikot pemilu untuk "melindungi nyawa mereka". 

Satu LSM Italia mengatakan 37 orang, termasuk satu jenazah anak kecil, dibawa ke fasilitas kesehatan miliknya di Kabul.

Hampir sembilan juta orang terdaftar sebagai pemilih di pemilu parlemen Afghanistan, yang tiga tahun terlambat dari jadwal, namun serangan-serangan di seluruh wilayah negara itu pada Sabtu (20/10) ini akan membuat warga ragu untuk memberi suara mereka. 

Ratusan orang tewas atau luka dalam beberapa bulan sebelum pemilu ini.

Pembunuhan seorang kepala polisi di Kandahar pada Kamis (18/10) semakin membuat rakyat tidak percaya pasukan keamanan bisa menjaga TPS. 

Pemilu di Kandahar pun ditunda selama seminggu setelah serangan tersebut. 

Tiga roket ditembakkan di kota Kunduz di hari pemilihan namun juru bicara polisi mengatakan tidak ada laporan mengenai korban akibat serangan ini. 

Satu roket juga ditembakkan di dekat TPS kota Herat yang menurut polisi melukai satu anak kecil, ledakan juga terjadi di sejumlah lokasi lain. 

Meski ada risiko serangan ini, setelah memberi suara di Kabul Presiden Ashraf Ghani meminta "setiap warga Afghanistan, muda dan tua, perempuan dan lelaki" untuk menggunakan hak pilih mereka. 

Para pemilih pun antri berjam-jam menunggu TPS buka di seluruh wilayah negara yang masih dilanda perang ini. Banyak dari TPS ini tidak dibuka enam jam setelah pemilu dimulai. 

Persiapan Kacau

Foto-foto yang diunggah di media sosial memperlihatkan sejumlah warga memegang kartu identitas antri di depan TPS yang dijaga ketat oleh pasukan keamanan. 

Seorang perempuan yang mengenakan burqa di Mazar-i-Sharif mengatakan pada AFP bahwa dia sebelumnya khawatir dengan "insiden keamanan", tetapi memutuskan untuk memberi suaranya. 

"Kita harus melawan kekerasan," kata Hafiza. "Dulu kami tidak puas dengan pemilu, suara kami dijual."

Persiapan yang kacau, meiputi daftar pemilih tak lengkap atau hilang dan kerusakan alat verifikasi biometrik yang untuk kali pertama digunakan, membuat banyak TPS terlambat menjalankan proses pemberian suara. 

Sebagian besar TPS dibuka terlambat setelah para guru yang dikerahkan untuk menjalankan proses pemberian suara tidak muncul. Komisi Pemilu Afghanistan berjanji untuk memperpanjang jam pemberian suara. 

KPU Afghanistan mengatakan TPS yang tidak buka sebelum jam 13.00 waktu setempat akan kembal dibuka pada Minggu (21/10). 

"Saya datang lebih pagi agar bisa pulang dengan cepat, tetapi kami sudah menunggu selama satu jam dan mereka belum mulai," ujar Mustafa kepada kantor berita AFP di Kabul. 

"Antrian semakin panjang. Mereka harus menerima suara kami dengan cepat, kami takut ada bom atau ledakan."

Sementara itu, pemilih bernama Tabish Forugh mengunggah cuitan bahwa diat tidak pernah melihat "yang mendekati kekacauan ini" di pemilu sebelumnya. Dia mengatakan menunggu berjam-jam di satu TPS. 

Dan mahasiswa bernama Mohammad Alem mengatakan merasa "frustasi" setelah lebih dari tiga jam menunggu untuk memberi suara di kota Masar-i-Sharif dan diberi tahu bahwa namanya tidak ada di daftar pemilih. 

"Juga ada masalah dengan alat biometrik karena kehabisan batere," ujarnya.

Beberapa hari sebelum hari pemilihan, Taliban mengeluarkan sejumlah peringatan dan meminta caleg untuk mundur dari pemilu sementara pemilih diminta untuk tetap di rumah. 

Setidaknya 10 calon anggota, dari 2.500 calon, anggota majelis rendah parlemen Afghanistan tewas. 

Sebagian besar dari caleg yang berlaga adalah politisi pemula, terdiri dari dokter, ulama dan wartawan. Caleg yang berkantong tebal diperkirakan akan terpilih menjadi anggota majelis rendah. 

Pemilu ini dipandang sebagai uji coba dari pemilihan presiden tahun depan dan merupakan tonggak penting menjelang pertemuan PBB pada November mendatang dimana Afghanistan akan mendapat tekanan untuk memperlihatkan kemajuan dalam "proses demokrasi". 

Tetapi muncul kekhawatiran hasil pemilu parlemen ini akan kacau jika alat verifikasi biometrik rusak, hilang atau hancur karena KPU Afghanistan telah menyatakan bahwa suara tanpa verifikasi mesin yang kontroversial ini tidak akan dihitung. (**H)


Sumber: CNN Indonesia





Berita Terkait

Tulis Komentar