Demokrat Tak Keberatan Prabowo Disamakan dengan Trump

  • Jumat, 12 Oktober 2018 - 22:41:55 WIB | Di Baca : 1134 Kali

SeRiau - Juru Bicara Badan Pemenangan Nasional (BPN) Prabowo-Sandi Ferdinand Hutahaean tak keberatan jika masyarakat menyamakan capres nomor urut 02 Prabowo Subianto dengan Presiden AS Donald Trump karena kemiripan slogan kampanye.

"Prabowo disamakan dengan Trump sah-sah saja, silakan saja, tidak ada masalah bagi kita," kata dia, usai diskusi publik 'Buzzer Politik di Sosial Media, Efektifkah?' di Tebet, Jakarta Selatan pada Jumat (12/10).

"Kita akan jawab kemudian bahwa justru yang sama dengan Trump itu malah Jokowi. Samanya di mana? Dua negara ini [Indonesia dan AS] sama-sama keblinger sekarang karena presidennya; awut-awutan," katanya.

Sebelumnya, Prabowo menyebut soal 'Make Indonesia Great Again' saat berpidato dalam acara Rapat Kerja Nasional Lembaga Dakwah Islam Indonesia (LDII) di Pondok Pesantren Minhajurrosyidin di Pondok Gede, Jakarta, Kamis (11/10).

Menurut Ferdinand, slogan 'Make Indonesia Great Again' itu merupakan kampanye negatif yang wajar. Persamaan slogan itu dengan miliknya Donald Trump dalam kampanye Pilpres AS 2017 pun disebutnya sah-sah saja.

"Ya persamaan [slogan] itu biasa, itu tujuannya negatif campaign dan itu lumrah di dalam politik, karena kalau politik bicara yang positif saja pasti media enggak ada beritanya. Harus ada yg negatif asal jangan ada yang black campaign. Itu enggak boleh," tutur dia.

Politikus Partai Demokrat ini mengaku tak masalah apabila publik menyamakan Prabowo dengan Trump. Hanya saja, itu harus dilihat dalam konteks membuat Indonesia berjaya lagi.

Baginya, Indonesia pernah menjadi negara yang dihormati dunia pada zaman Presiden kedua RI Soeharto dan Presiden keenam RI Susilo Bambang Yudhoyono (SBY).

"Arahnya bukan untuk menjiplak enggak karu-karuan. Yang baik itu boleh kita tiru. Justru ini berbanding terbalik dengan apa yang disampaikan Pak Jokowi. Selalu beliau bilang merakyat-merakyat, tetapi kebijakan politik dan pemerintahnya justru liberalis, nekolim, neolib, jadi lebih bagus mana?" cetus dia.

Diketahui, Donald Trump kerap mengeluarkan kebijakan dan pernyataan kontroversial selama memimpin AS. Misalnya, mengkritik peningkatan suku bunga AS oleh bank sentralnya, The Fed. Alhasil, dolar AS sempat melemah. (**H)


Sumber: CNN Indonesia





Berita Terkait

Tulis Komentar