Erdogan Desak Saudi Buktikan Wartawan Arab Tak Dibunuh

  • Jumat, 12 Oktober 2018 - 09:24:46 WIB | Di Baca : 1125 Kali

 

SeRiau -- Presiden Turki Recep Tayyip Erdogan mendesak Arab Saudi merilis gambar yang membuktikan jika Jamal Khashoggi tak dibunuh di dalam gedung konsulat Arab Saudi di Istanbul, Turki. 

Ia juga mendesak Saudi membuktikan bahwa wartawan itu telah meninggalkan gedunt tersebut di hari dia dinyatakan hilang pada pekan lalu.

Khashoggi ialah wartawan asal Saudi pengkritik Raja Salman yang hilang pada Selasa (2/10) lalu setelah memasuki gedung Konsulat Saudi. Sejak itu, ia tak pernah terlihat keluar dari gedung diplomatik tersebut.

Erdogan menyebut penjelasan Saudi sejauh ini tidak cukup menjelaskan keberadaan Khashoggi secara pasti.

"Apakah mungkin di gedung konsulat, sebuah kedutaan, tidak ada sistem kamera CCTV ? Apakah mungkin bahwa tidak ada sistem kamera CCTV di mana insiden ini terjadi?" kata Erdogan kepada Hurriyet Daily, Kamis (11/10).

"Jika seorang burung terbang, atau seekor lalat/nyamuk muncul, sistem kamera akan merekam ini, mereka (Saudi) memiliki sistem paling canggih."

Komentar itu diutarakan Erdogan menanggapi pernyataan Konsulat Saudi yang mengaku bahwa kamera CCTV tidak beroperasi di hari Khashoggi mengunjungi gedung tersebut.

Otoritas Turki berspekulasi bahwa Saudi membunuh Khashoggi di dalam gedung konsulat. DIkutip AFP, seorang pejabat Turki yang tak disebutkan identitasnya juga telah memaparkan rincian mengerikan terkait spekulasi dugaan pembunuhan Khashoggi.

Namun, Erdogan masih berhati-hati terkait spekulasi tersebut. Dia mengatakan Saudi harus membuktikan kejadian menurut versinya meski tak seraca langsung menuding kerajaan sebagai otak dibalik menghilangnya Khashoggi.

"Insiden ini terjadi di negara kami. Tidak mungkin kami untuk tetap diam mengenai insiden seperti ini," tutur Erdogan.

"Tidak tepat bagi saya untuk membuat komentar sekarang terkait kasus ini. Tapi kami sangat khawatir dan prihatin soal ini."

Kepolisian Turki tengah mencari 15 warga negara Saudi yang disebut berada di konsulat di waktu yang sama dengan Khashoggi.

Menurut intersepsi intelijen Amerika Serikat, belasan warga Saudi itu sengaja dikirim Putra Mahkota Pangeran Mohammed bin Salman untuk membawa Khashoggi pulang agar bisa ditangkap.

Belasan pria itu tiba di Istanbul pada 2 Oktober menggunakan pesawat pribadi dengan waktu yang berbeda-beda.

Media lokal menyebut 15 orang itu sebagai "tim pembunuh" dan telah membawa bukti seperti rekaman CCTV bersama mereka.

Khashoggi merupakan salah satu kolumnis The Washington Post. Sebelum berkiprah di media, dia merupakan mantan penasihat pemerintah Saudi yang kabur ke Amerika Serikat pada tahun lalu untuk menghindari kemungkinan ditahan otoritas Saudi.

Khashoggi mengaku otoritas Saudi memblokir akun Twitter-nya sebelum dia meninggalkan negaranya itu. 

Selama berkiprah sebagai wartawan, Khashoggi kerap menulis kritik terhadap pemerintahan Saudi, tertutama kebijakan-kebijakan Putra Mahkota Mohammed bin Salman.

Dia juga kerap menentang intervensi Saudi selama ini dalam perang sipil di Yaman. 

Insiden hilangnya Khashoggi menyorot perhatian publik internasional. Amerika Serikat bahkan mendesak Saudi menjelaskan perkara tersebut.

Sejumlah analis menilai kasus Khashoggi juga berpotensi memicu krisis politik antara Washington dan Riyadh, di mana keduanya merupakan sekutu dekat. 

 

 

 


Sumber CNN Indonesia





Berita Terkait

Tulis Komentar