Tsunami dan Gempa Palu, 420 Korban Meninggal, Donggala Belum Bisa Diakses

  • Ahad, 30 September 2018 - 07:50:03 WIB | Di Baca : 2036 Kali

SeRiau - Jumlah korban tewas akibat Tsunami dan gempa di Palu, menurut Kepala Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) Wilem Rampangilei, sudah mencapai 420 orang. Angka korban belum termasuk Donggala yang masih belum bisa diakses di tengah komunikasi yang terputus.

"Itu baru yang di Kota Palu, belum yang di Kabupaten Donggala dan Sigi," kata Wilem Rampangilei di halaman rumah jabatan Gubernur Sulteng di Jalan Moh Yamin, Palu, Sabtu 29 September 2018 malam, sebagaimana dikutip kantor berita Antara.

Willem menambahkan, korban tewas pasti masih bertambah karena banyak reruntuhan gedung seperti hotel-hotel besar, ruko, gudang, perumahan dan lainnya belum bisa disentuh pencarian.

"Kami kesulitan mengerahkan alat-alat berat untuk mencari korban di bawah reruntuhan gedung karena jalur jalan menuju Kota Palu banyak yang rusak," ujarnya.

Presiden Joko Widodo dijadwalkan untuk terbang ke kawasan terkena gempa, Minggu (30/9). "Presiden akan meninjau penanganan darurat kemanusiaan, evakuasi para korban, serta menemui para korban bencana," kata juru bicara presiden, Johan Budi.

Sementara itu, dalam jumpa pers di kantornya di Jakarta, Sabtu (29/9), juru bicara Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB), Sutopo Purwo Nugroho menyebut, penanganan darurat masih dipusatkan pada pencarian dan penyelamatan.

Ia membantah tudingan bahwa evakuasi dan penanganan bantuan kemanusiaan berlangsung lambat.

Sutopo menyebut, selain 384 orang tewas, dan kemungkinan masih bertambah, sejauh ini 29 orang lain hilang dan 540 orang terluka.

"Para korban yang meninggal dunia itu sebagian karena tsunami: jasad mereka ditemukan di daerah pesisir," papar Sutopo pula -yang tetap bertugas kendati menderita kanker paru-paru stadium lanjut.

"Sebagian lagi yang meninggal itu karena gempa. Misalnya saat gempa itu tertimpa reruntuhan."

Tetapi, katanya, "Ini baru yang di Palu. Kerusakan di Donggala, masih belum terdata karena komunikasi terputus sama sekali dan daerah itu belum bisa dijangkau. dan listrik di sana mati total."

Belum jelas, bagaima upaya pemerintah untuk menjangkau Donggala.

Betapa pun, katanya, "kalau mengacu pada kekuatan gempa bumi, maka yang di Donggala kerusakannya bisa jauh lebih parah. Namun korban jiwa belum tentu, karena sebaran penduduknya berbeda," katanya pula.

Sejauh ini, kerusakan di Palu pun tergolong parah: berbagai gedung hancur rata dengan tanah.

Itu karena kekuatan tsunami sangat dahsyat, kata Sutopo. "Di tengah laut kecepatannya hingga 400 km per jam, sehingga ketika menghantam daratan, gelombang air sangat tinggi dan kuat, dan daya rusaknya tinggi. Bisa menghancurkan infrastrukur," kata Sutopo pula.

Kehancuran memang tampak di berbagai pelosok kota Palu: mayat bergelimpangan di mana-mana, bangunan-bangunan hancur, puing-puing bertebaran, situasi begitu sunyi dan mencekam.

"Pantai Talise (yang diterjang Tsunami kemarin) habis, semua habis di sana," kata Eddy Djunaedi wartawan Metro Palu, yang juga warga Kota Palu, lewat sambungan telepon.

"Warga mulai datang mengidentifikasi jenazah, diperkirakan ratusan tewas."

Eddy Djunaedi sendiri selamat karena rumahnya berada di ketinggian. Setelah semalaman bersiaga, mewaspadai gempa susulan setelah tsunami menerjang, Eddy akhirnya bergerak menuju Anjungan Pantai Talise, Sabtu (29/9), dan tiba di kawasan itu sekitar pukul 08:00.

Warga kota Palu itu baru benar-benar menyadari dampak tsunami itu ketika berdiri di dekat pantai Talise, karena sepanjang malam ia boleh dikata terisolasi: listrik padam, sementara jaringan telekomunikasi tidak bisa diandalkan.

Edy mencemaskan banyaknya korban jiwa berdasar pengamatannya di lapangan.

Sejauh ini, korban tewas dan luka disebar di setidaknya empat rumah sakit.

"Korban yang luka perawatannya dilakukan di luar, di lapangan terbuka, untuk berjaga-jaga dari kemungkinan gempa susulan, terlebih dinding rumahsakit retak di sana-sini," kata Jauhardin seorang dokter di RSUD Undata Mamboro, Palu.

Sementara Kepala BNPB, Willem Rampangilei, mengatakan, tim mereka baru akan tiba di Palu sekitar pukul 14:00.

"Lalu kami akan melakukan assessment terhadap kerusakan dan korban," katanya kepada wartawan. dari situ baru akan diketahui jumlah korban dan kerusakan.

"Yang jelas, prioritasnya adalah penyelamatan dan pencarian korban. Karena kemungkinan banyak korban tertimpa bangunan akibat gempa, atau terdampak Tsunami," katanya.

Rekaman video warga yang selamat berdera di media sosial, menunjukkan kehanjuran di kawasan Pantai Talise. Masjid terapung yang terkenal, mengalami kerusakan berat.

Pantai penuh dengan berbagai barang dan puing, dan di sana-sini, ditemukan jasad.

Sementara Jembatan Kuning yang ikonik, rubuh.

Di beberapa tempat warga membaringkan jenazah yang ditemukan, dan mulai mengidentifikasi.

Jeritan dan tangisan terdengar dari warga yang kehilangan anggota keluarga.

Jaringan telekomunikasi sudah mulai membaik, namun masih sangat tidak stabil.

Sementara itu, bandar udara Mutiara SIS Al-Jufri masih ditutup, karena berbagai kerusakan yang dialami.

Presiden Joko Widodo mengatakan, "memantau keadaan dari waktu ke waktu, memanjatkan doa bagi korban dan keluarga mereka," dan memerintahkan Menteri Koordinator Politik Hukum dan Keamanan, Wiranto, untuk mengkoordinasikan penanganan darurat.

Ia mengatakan, akan berangkat juga ke lokasi Tsunami dalam waktu dekat.

Menko Polhukam Wiranto sudah berangkat menuju lokasi tsunami bersama sejumlah menteri dan pejabat lain.

TNI dan berbagai lembaga darurat seperti PMI sudah pula mengirimkan fasilitas-fasilitas penyelamatan dan bantuan darurat ke lokasi. Namun bandara Palu yang belum pulih, dan jalan-jalan yang rusak di Sulawesi tengah, menghambat pengerahan fasilitas-fasilitas itu. (**H)


Sumber: Okezone





Berita Terkait

Tulis Komentar