Harga Minyak Dunia Tembus USD82/Barel, Tertinggi sejak 2014

  • Sabtu, 29 September 2018 - 09:47:14 WIB | Di Baca : 1224 Kali

 

SeRiau - Harga minyak mentah dunia naik lebih dari 1% pada akhir perdagangan Jumat (Sabtu pagi WIB), dengan jenis Brent naik ke tingkat tertinggi empat tahun.
Kenaikan harga akibat sanksi AS terhadap Teheran yang mengurangi ekspor minyak mentah Iran, sehingga memperketat pasokan sekalipun eksportir utama lainnya meningkatkan produksi.

Minyak mentah Brent untuk pengiriman November bertambah USD1,00 menjadi menetap di USD82,72 per barel di London ICE Futures Exchange. Patokan global mencapai tertinggi sesi di USD82,87 merupakan kontrak tertinggi sejak 10 November 2014.

Pada kuartal ketiga, Brent telah menguat sekitar 4%. Demikian seperti dikutip Antara, Jakarta, Sabtu (29/9/2018).
 
Sementara itu, minyak mentah AS West Texas Intermediate (WTI) untuk pengiriman November, naik USD1,13 menjadi ditutup pada USD73,25 per barel di New York Mercantile Exchange. WTI mencapai tertinggi sesi di USD73,73 merupakan kontrak tertinggi sejak 11 Juli.
 
Kontrak WTI telah naik sekitar 5% bulan ini tetapi turun sekitar satu persen untuk kuartal ketiga.
Putaran baru sanksi-sanksi AS terhadap Iran, produsen nomor tiga terbesar di Organisasi Negara-negara Pengekspor Minyak (OPEC), dimulai pada 4 November.

"Berpotensi mengejutkan pasokan karena penurunan produksi minyak di Iran dan Venezuela akan tetap 'bullish' pada harga minyak, dan putaran kedua sanksi-sanksi AS terhadap Iran pada November akan lebih mendukung sentimen," kata analis energi senior di Interfax Energy Abhishek Kumar.
Washington meminta para pembeli minyak Iran memotong impor mereka hingga nol untuk memaksa Teheran merundingkan perjanjian nuklir baru dan untuk mengekang pengaruhnya di Timur Tengah.
 
Sinopec Corp China mengurangi separuh jumlah minyak mentah dari Iran bulan ini, karena pengilang milik negara itu berada di bawah tekanan kuat dari Washington, kata orang-orang yang mengetahui masalah ini.
 
Namun, India, pembeli utama lainnya, berkomitmen untuk membeli minyak dari Teheran, kata menteri luar negeri Iran.
Negara-negara OPEC lainnya telah meningkatkan produksi, tetapi persediaan global masih turun, kata para analis.

Arab Saudi diperkirakan akan menambah minyak ke pasar untuk mengimbangi penurunan produksi Iran. Dua sumber yang dekat dengan kebijakan OPEC mengatakan kepada Reuters, bahwa Arab Saudi serta produsen OPEC dan non-OPEC lainnya telah membahas kemungkinan peningkatan produksi sekitar 500.000 barel per hari (bph).

Namun, ANZ mengatakan dalam catatannya bahwa pemasok utama tidak mungkin mengimbangi kekurangan akibat sanksi-sanksi, yang diperkirakan mencapai 1,5 juta barel per hari.
Pada tertinggi 2018 di bulan Mei, Iran mengekspor 2,71 juta barel per hari, hampir tiga persen dari konsumsi minyak mentah global harian.

Melihat ke 2019, Arab Saudi khawatir bahwa peningkatan produksi minyak serpih AS dapat menciptakan kelebihan, terutama jika dolar AS yang lebih kuat dan ekonomi pasar negara-negara berkembang yang melemah, mengurangi permintaan global untuk minyak, sumber yang akrab dengan kebijakan OPEC mengatakan.

Produksi minyak mentah AS naik 269.000 barel per hari ke rekor 10,964 juta barel per hari pada Juli, Badan Informasi Energi AS (EIA) mengatakan dalam laporan bulanannya.

Namun, para pengebor di AS mengurangi tiga rig minyak aktif dalam seminggu yang berakhir 28 September, perusahaan jasa energi General Electric Co Baker Hughes.

Pengeboran baru terhenti di kuartal ketiga dengan penambahan rig kuartalan terkecil sejak 2017, karena keterbatasan jaringan pipa di ladang minyak terbesar di negara itu.
Cekungan Permian diperkirakan akan menghasilkan 3,5 juta barel per hari pada bulan Oktober, sedikit di bawah tingkat produksi Iran, produsen terbesar ketiga OPEC.

 

 

Sumber Okezone





Berita Terkait

Tulis Komentar