Pertarungan Erdogan Versus Trump: Pendeta Jadi 'Pion'-nya

  • Ahad, 19 Agustus 2018 - 15:39:42 WIB | Di Baca : 1177 Kali

SeRiau - Selagi Amerika Serikat (AS) berseteru dengan Turki, nasib pendeta asal AS bernama Andrew Brunson menjadi tak menentu.

Presiden AS, Donald Trump, awal pekan ini merilis cuitan bahwa Brunson ditahan sebagai "tawanan" di Turki dan dia harus dibebaskan.

Cuitan itu menambah tekanan terhadap Presiden Turki, Recep Tayyip Edrogan, mengingat sebelumnya sejumlah pegiat gereja penginjil Protestan di AS—yang merupakan basis kuat pendukung Trump—menggelar pawai menuntut agar sang pendeta dibebaskan.

Seorang pejabat senior AS bertanya mengapa Turki masih dianggap sekutu dekat Pakta Pertahanan Atlantik Utara (NATO) mengingat bagaimana aparat Turki memperlakukan Brunson.

"Sekutu NATO sejati tidak akan menahan Brunson dari pertama," ujar pejabat AS tersebut.

Brunson telah ditahan selama hampir dua tahun karena dituduh terkait dengan Fethullah Gulen—lawan politik Erdogan yang kini mengungsi di AS.

Pria asal Negara Bagian North Carolina itu memimpin sebuah gereja penginjilan di Izmir, Turki. Dia menepis tuduhan terkait dengan Gulen.

Guna menekan Turki agar Brunson dibebaskan, AS menerapkan serangkaian sanksi keuangan. Turki pun membalas dengan menerapkan bea masuk terhadap barang-barang AS.

Konflik kedua negara ini telah memperparah krisis ekonomi Turki. Mata uang lira telah kehilangan sepertiga nilai tukarnya dengan dollar AS sejak Januari lalu.

Jon Alterman, analis dari lembaga kajian Center for Strategic and International Studies menilai Trump dan Erdogan sejatinya terlibat dana perseteruan pribadi, namun menjadikan Brunson sebagai 'pion'—istilah dalam permainan catur merujuk bidak yang paling sering dikorbankan.

Sanksi-sanksi tambahan

Hal ini diamini Joshua Landis, profesor kajian Timur Tengah dari Universitas Oklahoma di Norman.

Menurutnya, Trump sejatinya tengah berjuang untuk kepentingan pribadinya. Jika Turki membebaskan Brunson, Trump dapat mengklaim kepada publik bahwa 'taktik tangan besi' di kancah politik luar negeri telah berhasil.

Pembebasan Brunson, menurut Landis, juga akan mendapat sambutan hangat dari "kelompok kanan keagamaan".

"Mereka adalah pendukung utamanya (Trump). Dia melakukan ini untuk mereka," ujar Landis.

Brunson kini terancam hukuman penjara selama 35 tahun.

Guna menekan Turki, AS menyiapkan sanksi tambahan.

Bank nasional Turki, Halkbank, dapat diberi sanksi karena diduga membantu Iran menghindari hukuman AS.

Saat ini, Departemen Kehakiman AS masih menginvestigasi Halkbank, namun penyelidikan itu bisa berubah menjadi penyelidikan pidana.

Para pejabat Turki menegaskan bank tersebut tidak melakukan hal-hal ilegal dan seharusnya tidak dikenai sanksi. (**H)


Sumber: Okezone





Berita Terkait

Tulis Komentar