Kinerja Sektor Pertanian Wujud Implementasi Nawacita

  • Ahad, 19 Agustus 2018 - 00:19:20 WIB | Di Baca : 1229 Kali

SeRiau - Pemerintahan Jokowi-JK menaruh perhatian besar pada sektor pertanian.

Pemerintah melalui Kementerian Pertanian melalui kemandirian ekonomi dengan menggerakkan sektor-sektor strategis ekonomi domestik terutama sektor pertanian dan menitikberatkan pada upaya mewujudkan kedaulatan pangan dan kesejahteraan petani. 

Tantangan mewujudkan Nawacita tersebut dijawab secara nyata oleh kinerja Kementerian Pertanian (Kementan).

Berdasarkan hasil survei Badan Pusat Statistik (BPS) terkait pertumbuhan ekonomi triwulan II 2018 menyatakan kontribusi pertanian pada laju pertumbuhan produk domestik bruto (PDB) mencapai 13,63 persen, artinya berada di posisi teratas kedua setelah industri pengolahan.

Fakta tersebut mengindikasikan bahwa sektor pertanian merupakan salah satu penggerak utama dalam pengembangan ekonomi rakyat Indonesia. 

Data yang diterbitkan BPS mencatat seluruh lapangan usaha tumbuh positif sepanjang kuartal II 2018. Namun pertumbuhan tertinggi ditempati sektor pertanian, kehutanan, dan perikanan dengan angka pertumbuhan 9,93 persen dibandingkan kuartal pertama 2018. 

Hal itu dipicu oleh meningkatnya produksi seiring berlangsungnya masa panen raya untuk beberapa komoditas di beberapa subsektor seperti hortikultura dan perkebunan dengan pertumbuhan masing-masing sebesar 22,86 persen dan 26,73 persen.

Wakil Ketua Komisi Pertanian DPR RI Viva Yoga Mulyadi meyakini, pengembangan sektor pertanian saat ini menjadi sektor terkuat dalam mendukung terwujudnya agenda prioritas Nawacita pemerintahan Jokowi-JK.

“Banyak persoalan mendasar di sektor pertanian yang dapat dibereskan, cukup jelas kok ada hasilnya,” kata Viva Yoga, Sabtu (18/8/2018) 

Menurut Viva Yoga, kinerja Kementerian Pertanian dari sisi infrastruktur maupun produksi pangan selaras dengan visi misi pemerintahan Jokowi-JK.

“Misalnya saja, keseriusan membenahi infrastruktur irigasi, hingga mulai mengarah ke pemanfaatan teknologi pertanian. Keberhasilan juga terlihat dengan adanya peningkatan produksi pangan, ini perlu didukung dan diapresiasi,” katanya. 

Kinerja 4 tahun sektor pertanian

Kepala Pusat Data dan Sistem Informasi Pertanian Kementerian Pertanian Ketut Kariyasa mengatakan, bidang pertanian telah memberikan dampak yang signifikan terkait peningkatan produksi yang berdampak bagi kesejahteraan petani. 

Bahkan, peningkatan produksi pertanian di tengah pertumbuhan penduduk Indonesia saat ini diklaim tertinggi dalam kurun waktu 10 tahun terakhir.

“Peningkatan produksi pertanian sebagai dasar mewujudkan ketahanan pangan menunjukan progres yang sangat signifikan, bahkan pertambahan penduduk yang cukup besar tidak membuat ketahanan pangan kendor. Yang terjadi malah produksi padi dan jagung meningkat, begitu pun komoditas strategis lainnya,” ujar Kariyasa.

Peningkatan produksi tersebut secara langsung menjawab tantangan pemenuhan kebutuhan pangan di tengah pertumbuhan penduduk Indonesia.

Kebutuhan pangan meningkat

Badan Pusat Statistik (BPS) memprediksi penduduk Indonesia pada 2018 mencapai 265 juta jiwa, meningkat 12,8 juta jiwa dibanding 2014. Artinya, setiap tahun terjadi pertambahan penduduk mencapai 3,2 juta jiwa atau tumbuh 1,27 persen per tahun.

Pertambahan penduduk ini secara makro berimbas pada kebutuhan bahan pokok yang tentu meningkat dan harus tersedia sepanjang waktu. 

Faktanya, berdasarkan data pertumbuhan penduduk di atas, kebutuhan konsumsi beras 2014-2018 bertambah 1,7 juta ton. Jumlah ini setara dengan produksi 2,82 juta ton Gabah Kering Giling (GKG).

Namun demikian, berkat berbagai program pembangunan pertanian saat ini, produksi pangan justru mengalami kenaikan.

Merujuk data BPS, produksi 75,36 juta ton GKG naik 6,37 persen dibandingkan 2014 yang hanya 70,84 juta ton. 

Produksi padi pada 2016 pun terjadi kenaikan yakni 79,35 juta ton dan pada 2017 juga terjadi kenaikan sebesar 81,16 juta ton meningkat 14,42 persen.

Peningkatan juga terjadi pada komoditas jagung, di mana pada 2017 produksi jagung mencapai 29,86 juta ton dan naik 52,17 persen dibandingkan 2014. 

Begitu pun dengan komoditas bawang merah, pada 2017 produksi komoditas ini mencapai 1,47 juta ton dan naik sebesar 18,79 persen dibanding 2014.

Demikian juga dengan komoditas cabai pada 2017 produksinya mencapai 2,38 juta ton dan meningkat sebesar 27,09 persen dibanding 2014. 

Peningkatan produksi juga terjadi di bidang protein hewani. Produksi daging sapi pada tahun 2017 sebesar 531,8 ribu ton dan meningkat sebesar 6,85 persen dibanding 2014. 

Sementara, produksi daging ayam juga meningkat menjadi 2,26 juta ton pada 2017 dan meningkat 16,40 persen dibanding 2014. Produksi telur juga tidak mau ketinggalan, meningkat menjadi 2,11 juta ton pada 2017 dan meningkat 20,21 persen dibanding 2014.

Lebih lanjut Kariyasa mengungkapkan kinerja sektor pertanian era Jokowi-JK tidak hanya sebatas peningkatan produksi berbagai komoditas pangan strategis, tetapi juga menghasilkan karya besar lainnya seperti peningkatan ekspor dan investasi pertanian.

Ekspor pertanian pada 2017 mencapai Rp 441 triliun, naik 24 persen dibandingkan 2016 yang hanya Rp 355 triliun. Begitu pun dalam bidang investasi pertanian yang mencapai Rp 45,90 triliun pada 2017, atau naik 14 persen per tahun dari 2013 hingga 2017.

“Di tengah lesunya ekspor Indonesia, justru volume dan nilai ekspor sektor pertanian meningkat dan Indonesia mengalami surplus dalam perdagangan produk pertanian, begitu pun pertumbuhan investasi pertanian, ini menjadi catatan penting dalam sejarah,” ujar Kariyasa.

Dampak kinerja sektor pertanian juga terlihat dari menenurunnya jumlah penduduk miskin secara nasional. Pada Maret 2015 penduduk miskin di Indonesia masih sebesar 11,22 persen, sedangkan pada Maret 2017 turun menjadi 10,64 persen. 

Hingga September 2017, penduduk miskin di Indonesia masih di angka 10,12 persen atau 26,58 juta jiwa. Sementara pada Maret tahun ini, angka penduduk miskin berhasil ditekan hingga menembus angka satu digit, yaitu 9,82 persen atau 25,96 juta jiwa.

Kinerja pertanian juga berdampak positif pada Nilai Tukar Usaha Pertanian (NUTP) pertanian sempit (tidak termasuk perikanan) dari tahun ke tahun sebagai salah satu indikator kesejahteraan petani. 

Pada 2014 NTUP sebesar 106,05, sementara pada 2015 dan 2016 meningkat masing-masing menjadi 107,44 dan 109,84. 

Pada 2017 NTUP kembali membaik menjadi 110,03. Bahkan pada 2018, sampai bulan dengan Juni NTUP mengalami peningkatan yang sangat tajam dibandingkan tahun-tahun sebelumnya, yaitu menjadi 111,47.

“Sejalan dengan semangat Nawacita, Kementan akan terus berupaya mengenjot produksi pertanian dalam penyediaan pangan ke depan untuk mewujudkan kedaulatan pangan yang bermuara pada peningkatan kesejahteraan petani dan pendapatan yang lebih merata di wilayah perdesaan,” kata dia.

Kementan juga akan terus berkomitmen menggulirkan program terobosan, seperti membangun sektor pertanian pada wilayah perbatasan. 

Selain itu, Kementan memperluas jangkauan program #Bekerja (Bedah Kemiskinan Rakyat Sejahtera) sebagai upaya menekan angka kemiskinan penduduk Indonesia terutama di desa yang mayoritas penduduknya berprofesi sebagai petani. (**H)


Sumber: KOMPAS.com





Berita Terkait

Tulis Komentar