Golput Bentuk Kekecewaan Publik, Parpol Didesak Berubah

  • Rabu, 15 Agustus 2018 - 23:40:59 WIB | Di Baca : 1124 Kali

SeRiau - Partai politik dinilai perlu menanggapi serius kecenderungan masyarakat untuk tidak memilih atau golput pada pemilu mendatang.

Menurut Direktur Eksekutif Perkumpulan untuk Pemilu dan Demokrasi (Perludem) Titi Anggraini, jika tidak ditanggapi serius maka golput dapat berdampak panjang hingga menciptakan masyarakat yang anti-parpol.

Dia mengatakan, tugas parpol seharusnya adalah menyerap masukan dan aspirasi publik. Selama ini parpol dinilai gagal melaksanakan tugas tersebut.

"Golput harusnya dimaknai oleh parpol sebagai sebuah evaluasi karena selama ini ada kesenjangan antara ekspresi politik warga dengan keputusan elite politik," ucap Titi, dalam sebuah diskusi di Jakarta, Rabu (15/8/2018).

Titi berkaca dari kecenderungan golput yang ramai dibicarakan warganet di media sosial belakangan ini.

Menurut dia, itu merupakan bentuk kekecewaan publik terhadap mekanisme pemilihan pasangan calon presiden dan calon wakil presiden oleh parpol yang abai terhadap keinginan masyarakat.

"Itu yang membuat kekecewaan muncul, menjadi sebuah pilihan untuk golput," ujar dia.

Titi mengatakan, wajar jika publik merasa pasangan capres-cawapres yang akan bertarung dalam kontestasi Pilpres 2019 tidak mewakili aspirasinya.

Hanya saja, publik tentu akan jengah jika parpol terus-menerus menutup mata terhadap aspirasinya.

"Saya berharap ke depan, partai politik mengevaluasi diri, membenahi diri dan tidak memaksakan pola pencalonan yang tidak sejalan dengan aspirasi politik warga," tuturnya.

Jika dibiarkan berlarut-larut, efeknya akan menciptakan masyarakat yang apolitis (tidak peduli terhadap politik) dan tidak percaya lagi terhadap parpol.

Oleh sebab itu, Titi menyarankan parpol maupun kandidat capres-cawapres untuk membuktikan kepada masyarakat bahwa mereka mampu membangun bangsa menjadi lebih baik.

"Saya kira yang harus dilakukan justru parpol dan calon menunjukkan perubahan perilaku menjelang Pemilu 2019," ucap Titi.

"Jadi bagaimana meredam kekecewaan ini dengan menunjukkan kinerja terbaik mereka bahwa mereka mampu menyuarakan apa yang dikehendaki oleh pemilih," kata dia. (**H)


Sumber: KOMPAS.com





Berita Terkait

Tulis Komentar