Defisit Neraca Dagang US$ 2 Miliar, Sri Mulyani: Agak Anomali

  • Rabu, 15 Agustus 2018 - 20:54:29 WIB | Di Baca : 1208 Kali

SeRiau - Neraca Perdagangan Indonesia lagi-lagi mencatat defisit yang mana di bulan Juli mencapai angka US$ 2,03 miliar. Angka tersebut terdiri dari impor sebesar US$ 18,27 miliar dan ekspor sebesar US$ 16,24 miliar.

Merespons hal itu, Menteri Keuangan Sri Mulyani Indrawati menilai capaian itu terjadi karena adanya libur panjang di bulan Juni.

"Statistik yang Juli ini agak anomali. Karena kan ada libur panjang. Jadi ada kegiatan impor terutama, itu banyak yang dilakukan sebelum Lebaran dan libur panjang dan kemudian dikompensasi pada bulan Juli," katanya di Kementerian Koordinator Bidang Perekonomian, Jakarta, Rabu (15/8/2018).

"Jadi mungkin itu salah satu deviasi statistik yang perlu dibersihkan dulu untuk melihat trennya secara total," sambung dia.

Sri Mulyani menjelaskan pihaknya akan terus fokus melakukan perbaikan dari sisi neraca pembayaran, terutama pada Current Account Defisit (CAD) seperti yang diminta oleh Presiden Joko Widodo (Jokowi).

Hal itu dilakukan dengan meningkatkan tingkat komponen dalam negeri (TKDN) dan menahan impor dalam proyek pemerintah yang dinilai tidak berdampak signifikan pada pertumbuhan ekonomi dan lapangan kerja.

"Langkah-langkah pengamanan tengah dilakukan. Pertama yang memang bisa dikontrol langsung oleh pemerintah adalah melihat kepada seluruh komponen impor dari proyek-proyek pemerintah. Kemudian melakukan pelaksanaan TKDN dan melakukan re-scheduling dari proyek yang memang dianggap tidak memiliki dampak terhadap pertumbuhan terlalu besar atau tidak memiliki urgensi terhadap pertumbuhan ekonomi maupun penciptaan kesempatan kerja terlalu tinggi," sambung dia.

Selain itu pemerintah juga akan membatasi impor untuk 500 komoditas dari sektor industri. Hal itu dilakukan dengan mempertimbangkan berbagai aspek mulai dari produktivitas hingga kompetisi dari sang komoditas.

"Ada 500 komoditas yang kita akan lihat dari menteri industri apakah komoditas itu diproduksi dalam negeri, kenapa kita tetap impor dan kenapa cukup besar. Kita akan lihat dari sisi competitiveness. Nah, dan kita akan lakukan berbagai upaya-upaya mendukung produktivitas dan competitiveness dari produk industri dalam negeri," kata Sri Mulyani.

Sekadar informasi, nilai impor pada bulan Juli 2018 merupakan angka tertinggi sepanjang catatan Badan Pusat Statistik (BPS) per Juli 2008. Di mana angka impor per Juli 2018 mencapai US$ 12,8 miliar. (**H)


Sumber: detikFinance





Berita Terkait

Tulis Komentar