Erdogan Ajak Rakyat Turki Jual Dollar dan Euro

  • Ahad, 12 Agustus 2018 - 17:48:32 WIB | Di Baca : 1178 Kali

SeRiau - Presiden Turki Recep Tayyip Erdogan mengajak kepada rakyatnya agar menjual uang dollar AS dan euro mereka untuk ditukar dengan lira.

Langkah tersebut demi membantu mengangkat nilai mata uang negara tersebut yang merosot tajam setelah Presiden AS Donald Trump menggandakan tarif impor baja dan alumunium atas Turki.

Erdogan pada Sabtu (11/8/2018), mengajak pada rakyat Turki untuk membantu mendukung lira agar dapat memenangkan apa yang digambarkannya sebagai sebuah "perang kemerdekaan".

"Jika ada uang dollar di bawah bantal Anda, keluarkan. Jika ada uang euro, keluarkan. Segera berikan kepada bank untuk ditukar dengan lira Turki," seru Erdogan kepada para pendukungnya di kota Unye.

"Dengan melakukan hal ini, kita akan memperjuangkan perang kemerdekaan dan juga masa depan," tambah dia dilansir The Guardian.

Melansir dari Reuters.com, mata uang Turki, lira, telah dalam kekhawatiran akan terus jatuh akibat kebijakan moneter Erdogan, serta hubungan dengan AS yang semakin buruk.

Pada Jumat (10/8/2018), nilai mata uang lira telah turun hingga 18 persen, menjadi penurunan terbesar dalam sehari sejak krisis keuangan di Turki pada 2001.

Dampak penurunan meluas melalui pasar keuangan global, terutama pada pasar saham Eropa, yang terpukul karena para investor yang takut akan tekanan bank terhadap Turki.

Sebelumnya, Erdogan memperingatkan kepada AS agar tidak mempertaruhkan hubungannya dengan Turki. Dia bahkan mengancam negaranya akan mencari sekutu baru.

"Kecuali AS mulai menghormati kedaulatan Turki dan membuktikan bahwa negara itu paham tentang bahaya yang sedang dihadapi bangsa kita, relasi kita bisa dalam bahaya," kata Erdogan dikutip New York Times.

"Kegagalan untuk membalikkan tren unilateralisme dan tindakan tidak hormat ini mengharuskan kami untuk mulai mencari kawan dan sekutu baru," lanjut dia.

Erdogan juga meminta rakyat Turki untuk tidak khawatir atas fluktuasi nilai tukar mata uang negara. Dia mengatakan, Turki masih memiliki beberapa alternatif dari Iran, Rusia, China, dan beberapa negara Eropa. (**H)


Sumber: KOMPAS.com





Berita Terkait

Tulis Komentar