Kelompok Pemberontak Misterius Akui Berupaya Bunuh Presiden Venezuela

  • Ahad, 05 Agustus 2018 - 20:21:19 WIB | Di Baca : 1111 Kali

SeRiau - Kelompok pemberontak misterius yang terdiri dari warga sipil dan militer Venezuela mengaku bertanggung jawab atas upaya pembunuhan terhadap Presiden Nicolas Maduro.

Diwartakan AFP, Minggu (5/8/2018), serangan drone menargetkan Maduro saat berpidato telah melukai 7 tentara dalam pawai militer yang disiarkan di televisi. Pemimpin Venezuela itu selamat dari serangan.

Kemudian, kelompok yang menamakan diri sebagai "National Movement of Soldiers in Shirts" mengklaim serangan tersebut.

"Ini (rezim kini) bertentangan dengan kehormatan militer untuk menjaga pemerintahan yang kini tidak hanya melupakan konstitusi, tapi juga membuat lembaga publik menjadi curang untuk mengeruk kekayaan," kata kelompok tersebut.

"Jika tujuan pemerintah untuk mencapai kebahagiaan terbesar, kami tidak dapat menoleransi jika penduduk menderita kelaparan, orang sakit tidak punya obat, mata uang tak bernilai, atau sistem pendidikan tak mendidik atau mengajar, hanya mendoktrin komunisme," imbuhnya.

"Rakyat Venezuela, untuk berhasil menyelesaikan perjuangan pembebasan ini, kita harus turun ke jalan, tanpa menyerah," lanjut kelompok itu.

Sementara itu, Maduro menuduh Kolombia dan "pemodal" tak dikenal di Amerika Serikat berada di balik serangan tersebut. 

Beberapa pejabat juga menyalahkan oposisi Venezuela. Kolombia membantah terlibat. Maduro mengklaim beberapa dari mereka yang terlibat ditangkap dan penyelidikan sedang berlangsung.

Sebelumnya di Twitter, kelompok itu menyatakan diri sebagai personel militer patriotik dan warga sipil yang setia kepada rakyat Venezuela, yang berusaha menyelamatkan demokrasi negara di bawah kediktatoran.

Menteri Komunikasi Venezuela Jorge Rodriguez mengatakan, serangan pada Sabtu (4/8/2018) tersebut merupakan upaya pembunuhan Maduro.

Saat itu, Maduro sedang berpidato di sebuah acara ulang tahun tentara Venezuela ke-81 di lapangan terbuka. Dia dan pejabat lainnya tiba-tiba melihat ke atas dan terkejut, kemudian audio terputus.

Puluhan tentara terlihat membubarkan diri sebelum siaran televisi dihentikan. Selain itu, ledakan keras juga bisa terdengar pada rekaman video.

Rodriguez mengatakan dua drone bermuatan bahan peledak meledak di dekat podium presiden. Dia menuduh oposisi sayap kanan negara berada di balik serangan.

"Setelah kalah pemilihan suara, mereka gagal lagi," katanya, seperti dikutip dari BBC. (**H)


Sumber: KOMPAS.com





Berita Terkait

Tulis Komentar