Pengakuan SBY Diajak Jokowi Berkali-Kali Gabung Koalisi

  • Rabu, 25 Juli 2018 - 23:29:35 WIB | Di Baca : 1193 Kali

SeRiau - Presiden Joko Widodo beberapa kali mengajak Ketua Partai Demokrat Susilo Bambang Yudhoyono (SBY) untuk bergabung dengan partai koalisi pendukung pemerintah. Namun sejumlah ajakan tersebut tak mampu membawa Demokrat ke gerbong koalisi.

Hal itu diungkapkan oleh SBY kepada wartawan usai bertemu dengan Ketua Partai Amanat Nasional Zulkifli Hasan, Rabu (25/7), di kediamannya, Mega Kuningan Jakarta.

Ajakan pertama Jokowi untuk berkoalisi, seperti diutarakan SBY terjadi pada Oktober 2014 lalu. Saat itu SBY masih menjadi Presiden, sementara Jokowi sudah berstatus presiden terpilih hasil Pilpres 2014.

"Pak Jokowi yang sudah presiden terpilih mengatakan kepada saya, 'apakah tidak baik kalau Demokrat berada di dalam pemerintahan?'," kata SBY.

SBY mengaku menolak tawaran Jokowi tersebut karena pada Pilpres 2014 yang saat itu baru berakhir, Demokrat tidak mengusung baik Jokowi maupun Prabowo Subianto.

"Rasanya Pak Jokowi kalau tiba-tiba kami berada di dalam menjadi tidak tepat," kata SBY menirukan jawabannya saat itu kepada Jokowi.

Setelah penolakan pertama, SBY mengatakan Jokowi kembali menawarkan Demokrat masuk koalisi pemerintah pada 2015. 

Itu terjadi saat SBY mendatangi Jokowi untuk menyerahkan undangan sebuah acara. SBY mengatakan dirinya memberikan jawaban yang sama atas penawaran Jokowi tersebut.

"Kemudian terus berlangsung hingga ada aksi damai 411, aksi damai 212. Saya banyak difitnah macam-macam sehingga saya datang ke Istana untuk melakukan klarifikasi ke Pak Jokowi," ujar SBY.

Momen tersebut, SBY mengingat terjadi pada pertengahan 2017. SBY juga mengakui setelah itu dirinya sering bertemu Jokowi. 

Rangkaian pertemuan itu disebut SBY masih berlandaskan semangat yang sama, yakni mengajak Demokrat bergabung dengan koalisi.

"Itu terus berlangsung hingga Mei tahun ini. Yang semula pertemuan di Istana Negara, dua kali di Istana Bogor. Sama kerangkanya, kebersamaan. Semangatnya baik," ujar SBY.

"Saya mengetahui bahwa Pak Jokowi sungguh-sungguh untuk mengajak Demokrat ada dalam koalisi pemerintahan. Jadi kalau sekarang ada yang katakan 'SBY kena PHP,' enggak. Saya yakini Pak Jokowi sungguh-sungguh ingin ajak Demokrat," ujarnya menambahkan.

Demokrat pun sesekali bertanya balik kepada Jokowi. Dikatakan SBY setiap bertemu Jokowi, pihaknya selalu bertanya apakah Demokrat dapat diterima oleh partai-partai lain seandainya ikut bergabung dengan koalisi pemerintahan.

"Itu terus terang merupakan pertanyaan saya karena melihat realitas hubungan ibu Megawati dengan saya belum pulih. Jadi masih ada jarak, masih ada hambatan di situ. Tapi saya pikir karena yang ajak Pak Jokowi dan Demokrat ada di dalam untuk kebaikan, why not?" kata SBY.

SBY melanjutkan selama proses pendekatan itu, Jokowi juga pernah menyampaikan akan memberikan posisi menteri kepada partainya sebagaimana didapatkan partai koalisi yang lain.

"Dan menurut saya itu wajar dan seharusnya demikian karena saya pernah memimpin koalisi 10 tahun. Tapi saya garisbawahi malam hari ini, beliau (Jokowi) tak pernah tawarkan cawapres dan saya juga tak pernah tawarkan cawapres," ujar SBY.

Berbagai upaya itu nyatanya tak berhasil menggaet Demokrat masuk koalisi pemerintahan. SBY bahkan mengakui saat ini telah ada perubahan dari partainya. 

SBY tak menjelaskan perubahan yang ia maksud. Namun dia mengatakan bahwa partainya kini hanya memiliki sedikit waktu untuk menentukan posisi dalam Pilpres 2019 mendatang.

"Kami mengerti sehingga dalam sisa waktu yang kurang dari tiga minggu ini, kami harus menentukan jalan yang lain yang sekarang juga berproses, yang masih belum rampung dan belum final," ujar SBY. (**H)


Sumber: CNN Indonesia





Berita Terkait

Tulis Komentar