Gempa Darat dan Laut Berpotensi Melanda Sumbar

  • Senin, 23 Juli 2018 - 16:04:00 WIB | Di Baca : 1759 Kali

SeRiau - Gempa bumi dengan magnitude 5,4 Skala Richter yang disebabkan aktivitas Zona Sesar Sumatera di Segmen Sumani pada Sabtu 21 Juli 2018, pukul 14.58 WIB, kembali membuktikan jika wilayah Provinsi Sumatera Barat, memiliki potensi kegempaan yang sangat besar.

Potensi gempa di Ranah Minang ini, tidak hanya berasal dari daratan. Namun, juga laut. Zona Megathrust Mentawai dan Sesar Sumatera, merupakan dua potensi kegempaan yang menjadi ancaman serius bagi masyarakat penganut sistem kekerabatan matrilineal ini.

Peneliti sejarah kegempaan Sumatera Barat, Yose Hendra mengatakan, Sumbar merupakan salah satu wilayah yang memiliki potensi kekayaan yang sangat luar biasa. Baik dari sisi keindahan alam, kuliner hingga seni dan budaya.

Gugusan Bukit Barisan yang membentang dari Aceh hingga Teluk Betung, Lampung berpusat di Sumatera Barat. Lekuk dan ceruk-ceruk dalam dan sempit, membentuk lembah dan ngarai-ngarai yang menawan seperti, Ngarai Sianok, Lembah Harau, Lembah Anai, Silokek, dan Ngalau.

Namun, siapa sangka, di balik keindahan alam itu, Sumatera Barat bak api dalam sekam. Pada tanahnya mendekam Patahan Sumatera atau Patahan Semangko yang sangat aktif.

Selain itu, pada lautnya di sisi barat yang menyimpan sejuta keindahan dan keanekaragaman bahari, juga bersemayam Lempeng Indo-Australia dan Lempeng Eurasia yang terus berdenyut.

Sewaktu-waktu, dengan waktu dan episentrum yang tidak bisa ditebak, lempeng tersebut akan melepas kuncian, bergerak mengeluarkan energi melahirkan guncangan yang secara jamak disebut dengan Lindu.

"Sumatera Barat adalah salah satu daerah rawan bencana gempa. Topografisnya berbukit dan berlembah yang dihuni oleh beberapa gunungapi aktif seperti Gunung Marapi, Gunung Talang, dan Gunung Tandikek. Kondisi ini menjadikan wilayah Sumatra Barat sering diguncang letusan gunung api yang kadang diikuti lindu pula," kata Yose Hendra, Senin 23 Juli 2018.

Sejumlah pakar lanjut Yose, gempa terjadi karena adanya pergesekan antarlempeng tektonik yang berada di bawah permukaan bumi. Dampak dari pergesekan itu menimbulkan energi yang luar biasa dan dapat menimbulkan guncangan di permukaan yang kemudian dapat menimbulkan kerusakan hebat pada sarana dan prasarana, serta korban jiwa.

Akumulasi energi penyebab terjadinya gempa bumi ini, dihasilkan dari pergerakan lempeng-lempeng tektonik. Energi yang dihasilkan, kemudian dipancarkan ke segala arah berupa gelombang gempa bumi, sehingga efeknya dapat dirasakan sampai ke permukaan bumi.

Yose menjelaskan, berdasarkan hasil riset para ahli kegempaan menyebutkan, Sumatera Barat, merupakan bagian integral Indonesia, terletak di kawasan yang dinamakan "Pacific Ring of Fire", yaitu sebuah zona di mana sangat sering terjadi gempabumi dan meletusnya gunung berapi.

Lebih dari 90 persen gempa bumi yang terjadi di dunia, dan sekitar 81 persen gempa berkategori kuat terjadi di zona ini.

Berada di simpul seismik dunia, setidaknya ada dua sumber besar gempa bumi yang berada di perut bumi Sumatera Barat atau sekitarnya. Pertama, gempa bumi yang bersumber dari peristiwa subduksi yang terjadi ketika akibat tabrakan atau pertemuan dua lempeng samudera Indo-Australia dan lempeng Eurasia.

"Sejumlah ahli menyebutkan, proses subduksi akan terus berproses, sehingga gempa bumi pun akan terus berlangsung. Hal inilah yang menjadi sumber gempa yang juga bisa memicu tsunami," kata Yose.

Yang kedua, gempa bumi yang disebabkan patahan besar yang ada di darat, yaitu Sesar Sumatera atau Patahan Sumatera, kadang juga disebut dengan istilah Sesar Semangko atau Patahan semangko. Patahan ini membentang sepanjang 1.900 kilometer dari teluk Semangko di Lampung hingga ke Aceh.

Bahkan, geolog Dany Hilman dan Kerry Sieh jelas Yose, sesar Sumatera ini dibagi tiga wilayah, yakni wilayah utara, wilayah tengah, dan wilayah selatan. Dari 19 parameter sumber gempa pada sesar Sumatera, tujuh di antaranya berada di teritorial Sumatera Barat.

Ketujuh segmen tersebut adalah Segmen Angkola, Segmen Barumun, segmen Sumpur, Segmen Sianok, Segmen Sumani, Segmen Suliti, dan Segmen Siulak.

Kejadian gempa bumi besar dengan menimbulkan korban jiwa, serta merusak infrastruktur dan bangunan yang ada di Sumatera Barat, umumnya terjadi pada wilayah yang merupakan jalur Patahan Semangko dan kawasan yang dekat dengan zona subduksi, pertemuan ketiga lempeng di Samudra Hindia.

"Dalam sejarah modern Sumatera Barat, gempa 30 September 2009 menjadi bencana paling mematikan dan paling merusak. Gempa yang berkekuatan 7,9 SR tersebut, berpusat di kawasan Padang Alai, Kabupaten Padangpariaman. Dampaknya, menyebar hingga kesejumlah daerah. Gempa ini menyebabkan 1.195 jiwa tewas, 181.995 unit rumah rusak berat dan rusak sedang, serta 67.838 unit rumah rusak ringan," kata Yose. (**H)

 

Sumber: VIVA





Berita Terkait

Tulis Komentar