PKS Dorong Anies-Aher, Bagaimana Nasib Prabowo?

  • Senin, 25 Juni 2018 - 23:36:23 WIB | Di Baca : 1130 Kali

 

SeRiau- PKS berambisi mendorong Anies Baswedan menjadi capres untuk berpasangan dengan politikus seniornya, Ahmad Heryawan (Aher) di Pilpres 2019. Inikah pertanda PKS akan meninggalkan Gerindra yang siap mengusung sang ketum, Prabowo Subianto sebagai capres?

Adalah Wakil Ketua Majelis Syuro PKS Hidayat Nur Wahid yang mengungkapkan adanya wacana PKS memasangkan Gubernur DKI sebagai capres dengan Aher, yang merupakan tokoh senior di partainya itu. Gagasan ini, menurutnya, bermula dari wacana memajukan Anies sebagai cawapres Ketum Gerindra Prabowo Subianto.

"Kader PKS berpendapat bahwa memperjuangkan Pak Anies menjadi gubernur kan bukan perjuangan main-main. Daripada beliau cawapres ya, dicapreskan saja. Capres Anies, cawapres Aher," kata Hidayat di kompleks parlemen, Senayan, Jakarta, Senin (25/6/2018).

 
Tentu saja pernyataan Hidayat menarik perhatian. Sebab selama ini PKS tampak siap mendukung Gerindra yang akan mengusung Prabowo. PKS sejauh ini meminta jatah cawapres. Bahkan partai pimpinan Sohibul Iman sudah menawarkan 9 kadernya untuk menjadi kandidat wakil Prabowo.

Hidayat pun menegaskan ide duet Anies-Aher ini bukan upaya konfrontasi terhadap gagasan duet Prabowo-Anies. Menurut dia, ide ini hanya dinamika politik biasa. Wacana ini rencananya akan dibahas usai Pilkada Serentak 27 Juni mendatang.

"Jadi bukan konfrontasi dari Gerindra yang mengusulkan Prabowo-Anies. Tapi tentu juga nggak dilarang kan kalau ada yang mewacanakan Anies-Aher. Ya biasa saja, jangan dibaperin (bawa perasaan)," ungkap Wakil Ketua MPR itu.

Baik Anies maupun Aher belum bersuara terkait wacana tersebut. Namun usul yang diajukan Hidayat ini menimbulkan tanda tanya, mungkinkah wacana ini terwujud mengingat PKS tak bisa mengajukan pasangan calon seorang diri di Pilpres 2019.

Untuk bisa memajukan Anies-Aher, PKS perlu ekstra-kerja keras. Seperti diketahui, UU Pemilu mengatur soal presidential threshold atau ambang batas capres. Parpol atau gabungan parpol baru bisa mengusung pasangan calon di Pilpres 2019 bila memiliki minimal 20 persen kursi di DPR atau 25 persen suara sah nasional Pemilu 2014.

Pada periode ini, PKS hanya memiliki 7,1 persen kursi di DPR dan 6,79 persen suara hasil Pemilu 2014. PKS selama ini selalu diidentikkan sebagai sekutu Gerindra. Bila kedua partai ini bergabung, keduanya memenuhi syarat ambang batas capres mengingat Gerindra memiliki 13 persen kursi di DPR. Sejauh ini, Gerindra memastikan sang ketumlah yang akan menjadi capres.

Meski begitu, bukan tidak mungkin PKS mengusung pasangan impiannya itu. Masih ada kemungkinan partai-partai yang belum punya sikap soal Pilpres 2019 merapatkan barisan. 


Bila PKS berhasil membujuk PKB, PAN, dan PB, modal untuk memajukan Anies-Aher lebih dari cukup. Di DPR, PKB memiliki PKB 8,4% kursi, PAN 8,6%, dan PD 10,9%. Sementara itu, secara suara sah nasional Pemilu 2014, PKB 9,04%, PAN 7,59%, serta PD 10,19%. PKS juga bisa mengantongi tiket bagi Anies-Aher jika hanya PKB dan PAN yang memberi dukungan.

Gerindra sendiri pun bisa saja tak jadi berkoalisi dengan PKS. Sebab sejauh ini, Gerindra masih mengejar kursi capres. Apalagi Gerindra memiliki modal kursi di DPR yang lebih besar ketimbang PKS. Gerindra biasanya juga tak mau mengusung pasangan apabila salahs satu calonnya bukan kader mereka. Dengan skenario seperti ini, Gerindra-PKS kemungkinan akan berpisah jalan.

Meski begitu, tampaknya Gerindra menanggapi wacana PKS dengan santai. Waketum Gerindra Ferry Juliantono bahkan menyatakan Anies sebagai 'orang' dari Partai Gerindra. Sementara itu Aher juga dianggapnya sebagai bagian dari keluarga.

"Tradisi di PKS ketika memutuskan sesuatu yang penting dan strategis adalah melalui forum Majelis Syuro. Jadi kalau ada wacana ya, nggak apa-apa," sebutnya.

"Mas Anies juga orang kita dan Pak Aher seperti keluarga. Jadi yang terpenting adalah bahwa kita semua ingin ganti presiden di tahun 2019," imbuh Ferry.

Hanya saja, Ferry menyatakan Prabowo yang paling unggul. Bahkan dia mengklaim, elektabilitas Prabowo melebihi Jokowi.

"Apabila melihat elektabilitasnya, Pak Prabowo adalah masih tetap yang tertinggi dibandingkan yang lainnya. Sementara Jokowi sudah makin jatuh elektabilitasnya," tuturnya.

Waketum Gerindra Fadli Zon juga tak mau menanggapi serius usul yang disampaikan Hidayat Nur Wahid. Fadli yakin Gerindra, PKS, dan PAN tetap akan bersama dalam satu koalisi.

"Ya itu kan belum merupakan suara resmi. Itu baru salah satu orang. Saya kira wajar jugalah orang punya pendapat masing-masing," kata Fadli.

Lantas apakah Anies-Aher mampu melawan petahana Presiden Joko Widodo (Jokowi) yang hingga saat ini elektabilitasnya masih tertinggi?

"Kalau Anies Baswedan sering disurvei, dan hasilnya masih kecil, sekitar 2-3 persen," ungkap Direktur Eksekutif Indo Barometer M Qodari kepada wartawan, Senin (25/6).

Menurut Qodari, elektabilitas Gubernur DKI Jakarta itu di tangga survei capres tidak begitu tinggi. Berada pada level Gatot Nurmantyo atau Agus Harimurti Yudhoyono.


"Kadang posisi di atas, kadang di bawah dua nama itu. Tentu tidak mengherankan karena memang elektabilitas mereka bertiga masih relatif kecil dan di margin of error," sebutnya.

Posisi Aher di survei juga sudah muncul dengan hasil yang cukup besar, mengingat ia sudah dua kali menjabat sebagai Gubernur Jabar. Hanya saja untuk simulasi Anies-Aher, belum ada terlihat hasilnya. Namun bukan berarti pasangan ini tak punya kans.

"Sebagai sebuah pasangan, ini tentunya menarik ya, karena relatif sama-sama masih muda. Yang kedua, sama-sama kepala daerah, satu DKI yang eksposurnya nasional. Kedua, Aher yang punya basis di Jabar. Tapi persoalannya ada di parpol karena sampai sejauh ini yang memasangkan AA ini cuma PKS dan PKS tidak bisa mengajukan sendirian dan di situlah masalah terbesarnya," terang Qodari.( Sumber : Detiknews.com)
 





Berita Terkait

Tulis Komentar