Arab Saudi dan Israel, dari musuh jadi teman

  • Senin, 25 Juni 2018 - 07:59:38 WIB | Di Baca : 1172 Kali

SeRiau - Israel dan Arab Saudi tidak memiliki hubungan diplomatik resmi namun belakangan kedua negara itu makin dekat.

Putra Mahkota Saudi Pangeran Muhammad bin Salman (MBS) pada Maret lalu tampaknya sudah muak dengan kepemimpinan Palestina saat ini.

"Selama 40 tahun terakhir, kepemimpinan Palestina sudah sering kehilangan kesempatan dan menolak semua proposal perdamaian," kata MBS ketika bertemu sejumlah pemimpin organisasi Yahudi.

"Kini waktunya Palestina menerima proposal perdamaian atau diam dan berhenti mengeluh," ujar MBS dengan nada keras.

Ini bukan kali pertama pemimpin Saudi itu mengkritik keras kepemimpinan Palestina, namun selama ini Saudi hanya memendam perasaan diam-diam.

Bagi sebagian rakyat Saudi, hubungan antara Israel dan Saudi dipandang sebagai pengkhianatan terhadap kepentingan Palestina dan menjadi bahan senjata bagi pihak oposisi pemerintah. Keluarga Kerajaan Saudi kini diminta 'membuktikan' bahwa mereka tidak 'menjual' kepentingan perjuangan rakyat Palestina untuk menjalin hubungan dengan Israel.

Pengamat kebijakan luar negeri Saudi di Universitas Tel Aviv, Israel, Michael Yaari, menuturkan, isu Palestina selama ini bukan menjadi prioritas bagi Saudi, namun dipandang menjadi faktor penghalang bagi Saudi dalam bersikap terhadap Israel, seperti dilansir laman Ynet News, Maret lalu.

Selama beberapa tahun belakangan Negeri Petro Dolar dan Israel sudah saling berbagi kepentingan dan kerja sama namun gagal mencapai perubahan berarti lantaran Saudi masih khawatir atas kritikan dari dunia Arab yang bisa merusak citranya di dunia Islam sebagai pelindung dua masjid utama warisan suci umat Islam.

MBS bahkan bertemu Perdana Menteri Israel Benjamin Netanyahu secara rahasia di Amman, Yordania. Kabar itu dilaporkan koran Israel, Maariv, Jumat lalu.

Kedua tokoh itu bertemu di Istana Kerajaan Yordania seiring kunjungan penasihat Gedung Putih yang juga menantu Presiden Amerika Serikat Donald Trump, Jared Kushner dan Perwakilan AS untuk Timur Tengah Jason Greenblatt.

Menurut Michael Yaari, selama bertahun-tahun Saudi mengandalkan hubungan baiknya dengan Amerika Serikat namun belakangan ini dukungan pemerintah AS kepada Saudi dalam konflik di Timur Tengah kian menurun dan Saudi memandang Negeri Bintang Daud sebagai pemain kunci yang bisa membantunya mencegah pengaruh Iran di kawasan.

Saudi juga melihat Israel sebagai rujukan pembangunan ekonomi selain kemampuan intelijen dan strategisnya. Dan bagi Israel, posisi Saudi sebagai senior di dunia Arab bisa meningkatkan kemampuan mereka dalam menghadapi Iran dan memperkuat hubungan dengan dunia Arab.

Di saat Saudi sedang dalam upaya mengalihkan ketergantungan kepada hasil minyak ke ekonomi yang lebih maju, teknologi Israel bisa menjadi andalan.

Kian dekatnya hubungan kedua negara bisa terlihat kemarin saat Netanyahu dan Menteri Transportasi Israel Katz sepakat memulai kampanye "Jalur Kereta untuk Perdamaian Kawasan" yang akan menciptakan rute perdagangan menghubungkan Eropa dengan Teluk Persia dan Israel.

Jalur ini adalah perpanjangan dari rel kereta dari sebelah utara Israel yang akan menghubungkan kota pelabuhan Haifa menuju jaringan rel kereta di Yordania dan pada akhirnya akan menjangkau Arab Saudi. (**H)


Sumber: Merdeka.com





Berita Terkait

Tulis Komentar