CEO Tewas Akibat Ledakan Smartphone, Ini Penyebab Baterai Meledak

  • Selasa, 19 Juni 2018 - 23:01:31 WIB | Di Baca : 1985 Kali

 

 
SeRiau - Sebuah ledakan smartphone telah menyebabkan kematian CEO Cradle Fund Sdn Bhd Nazrin Hassan, 45 tahun, menurut pernyataan yang dirilis oleh perusahaan tersebut pada akhir pekan lalu, sebagaimana dilaporkan Channel News Asia.

Perusahaan itu menegaskan bahwa laporan kematian mayat menyimpulkan penyebab kematian pada hari Kamis itu adalah komplikasi dari luka ledakan yang disebabkan oleh smartphone meledak yang sedang diisi di sebelah korban.

Sebuah video baru yang diunggah oleh akun YouTube bernama American Chemical Society dan PBS Digital Studios menggambarkan mengapa baterai meledak dan bagaimana sains dapat mengatasi hal tersebut.

Baterai lithium-ion telah menjadi bagian dari revolusi digital, tapi terkadang secara spontan baterai dapat meledak. Ada beberapa alasan mengapa hal ini terjadi, misalnya pengisian yang berlebihan, terlalu panas, kerusakan fisik atau kesalahan teknis yang mengakibatkan gangguan listrik.

Namun, ketika para peneliti mengembangkan teknologi baterai jenis baru, termasuk yang menggunakan elektrolit kaca padat, baterai yang meledak hanya menjadi peristiwa di masa lalu.

Video tersebut menjelaskan bahwa listrik dihasilkan oleh aliran elektron melalui bahan konduktif, dan baterai merupakan penyimpan dan pengendali aliran tersebut.

Empat bagian dasar baterai yakni katoda, anoda, elektrolit dan sirkuit. Elektron mengalir dari anoda negatif ke katoda bermuatan positif, dan elektrolit biasanya berupa cairan di antara keduanya.

Kemudian lithium metal yang merupakan standar katoda saat ini memungkinkan untuk mengirim elektron dan sifat ringannya membuat baterai lebih portabel. Baterai litium biasanya memiliki oksida kobalt lithium sebagai katoda, grafit sebagai anoda dan garam lithium.

Bahan-bahan tersebut justru mendatangkan masalah. Sebagai contoh, lithium adalah logam alkali yang berarti sangat reaktif, dan elektrolit organik seperti karbonat dimet sangat mudah terbakar.

Menurut laman Daily Mail, 15 Juni 2018, elektrolit cair yang umum digunakan dapat dengan mudah terbakar, juga rentan membentuk dendrit atau tonjolan logam yang terbentuk dari satu elektroda. Jika melintasi ke elektroda lain, dapat merusak baterai.

"Apa pun yang dapat menyebabkan peningkatan panas dengan cepat, dapat menyebabkan masalah," ujar narator dalam video tersebut. "Ketika beberapa reaksi kimia menyebabkan pemanasan super, oksida kobalt lithium mulai melepaskan oksigen yang dapat bereaksi dengan elektrolit alkil karbonat dan bahkan sisa oksida kobalt."

Dan selama pengisian yang berlebihan, video tersebut menunjukkan bahwa elektrolit alkil karbonat dapat rusak, dan menciptakan gas karbon dioksida yang akan mengembang ke luar dan meletuskan elektrolit yang terbuka, memperlihatkan kandungannya yang mudah terbakar.

Video itu menyatakan bahwa dalam penelitian laboratorium, dua gas yang mudah terbakar yakni hidrogen dan metana, juga telah terdeteksi dalam suhu yang tinggi seperti 850 derajat Celcius. Panas tersebut berbahaya, misalnya kasus Dale Holzworth dari Massachusetts mengajukan gugatan class action yang mengklaim Galaxy S7 Edge yang dibelinya tahun lalu terbakar ketika ia mengisi baterai di kamar tidur putranya.

Masalah menjadi serius, karena mengakibatkan Federal Aviation Administration telah melarang model-model ponsel cerdas tertentu masuk ke dalam pesawat. Dan Dewan Keselamatan Transportasi Nasional bahkan telah mengeluarkan peringatan mengenai baterai lithium, berdasarkan penyelidikan kecelakaan pesawat pada 2011.

 

(sumber TEMPO.CO)





Berita Terkait

Tulis Komentar