4 BUMN Sulit Diselamatkan, Ini Daftarnya

  • Selasa, 19 Juni 2018 - 03:25:45 WIB | Di Baca : 1646 Kali

 

SeRiau - Direktur Utama PT Perusahaan Pengelola Aset (Persero) Henry Sihotang mengisahkan, saat ini pihaknya tengah melakukan pembinaan terhadap 11 perusahaan pelat merah.

Dari 11 perusahaan tersebut, ada yang memang ditugaskan oleh pemerintah dan ada pula yang memang datang dan meminta PPA untuk merestrukturisasi bisnisnya. Menurutnya, dari 11 perusahaan yang direstrukturisasi oleh PPA, beberapa di antaranya sudah menunjukkan perbaikan.

Namun, tinggal empat BUMN yang dianggapnya sangat berat untuk direstrukturisasi karena beban utang yang lebih besar dari aset yang masih dimiliki perusahaan. Henry mengaku kerap jenuh untuk menangani bisnis dari empat perusahaan negara tersebut. Sebab, mereka sudah tidak memiliki aset lagi dan kegiatan bisnisnya sudah berhenti.

Menurutnya, sebagian di antara mereka akan beralih dari bisnis awalnya dan mengubah bisnis baru. Namun, hal tersebut pun membutuhkan waktu yang tidak sebentar dan harus mencari investor yang benar-benar berminat berpartisipasi.

Adapun 11 perusahaan itu yakni PT PAL (Persero), PT Dirgantara Indonesia (Persero), PT Nindya Karya (Persero), PT Boma Bisma Indra (Persero), PT Industri Kapal Indonesia (Persero), PT Survai Udara Penas (Persero), PT Industri Sandang Nusantara (Persero), PT Iglas (Persero), PT Keras Leces (Persero), PT Kertas Kraft Aceh (Persero), dan PT Merpati Nusantara Airlines (Persero).

"Hari ini kami masih menangani baik karena penugasan restrukurisasi, maupun BUMN merasa agen PPA yang melakukan restrukturisasi, jadi ada juga yang langsung datang ke kami tanpa penugasan bu Menteri," katanya saat berbincang dengan media di Jakarta belum lama ini.

Menurutnya, dari 11 perusahaan yang direstrukturisasi oleh PPA, beberapa di antaranya sudah menunjukkan perbaikan. Namun, tinggal empat BUMN yang dianggapnya sangat berat untuk direstrukturisasi karena beban utang yang lebih besar dari aset yang masih dimiliki perusahaan.

Empat perusahaan yang paling berat penanganannya yaitu PT Iglas (Persero), PT Keras Leces (Persero), PT Kertas Kraft Aceh (Persero), dan PT Merpati Nusantara Airlines (Persero). "Apa yang kami lakukan dari waktu ke waktu sudah banyak yang menunjukkan hasil dan akhir-akhir ini yang sangat berat tinggal 4. Tapi yang empat itu tetap kami yakin bisa dituntaskan," imbuh dia.

Bahkan, Henry mengaku kerap jenuh untuk menangani bisnis dari empat perusahaan negara tersebut. Sebab, mereka sudah tidak memiliki aset lagi dan kegiatan bisnisnya sudah berhenti. 

Menurutnya, sebagian di antara mereka akan beralih dari bisnis awalnya dan mengubah bisnis baru. Namun, hal tersebut pun membutuhkan waktu yang tidak sebentar dan harus mencari investor yang benar-benar berminat berpartisipasi.

"Tentunya ini butuh waktu ketika memang kita betul-betul andalkan restrukturisasi yang memungkinkan ada investor yang mau berpartisipasi. Kalau mengharapkan PMN sudah tidak mungkin, utang Merpati misalnya mencapai Rp10,7 triliun, sementara aset pesawatnya sudah tidak layak terbang. Sekitar 90% yang sudah tidak layak. Tapi kami yakin akan bisa terselesaikan," tuturnya.

 

 

(sumber okezone)





Berita Terkait

Tulis Komentar