Freeport Angkat Suara Soal Buruh Ilegal China di Papua

  • Selasa, 12 Juni 2018 - 10:21:45 WIB | Di Baca : 1188 Kali

 

SeRiau-  PT Freeport Indonesia angkat suara terkait temuan Kantor Imigrasi Kelas II Tembagapura, Timika, Papua, mengenai ratusan warga negara China yang bekerja secara ilegal pada perusahaan-perusahaan tambang emas di Kabupaten Nabire.

Menurut Juru Bicara Freeport Riza Pratama menegaskan manajemen selalu mengawasi tenaga kerja yang bekerja di tambang milik perusahaan, terutama tenaga kerja asing. 

Ia mengaku tunduk dengan perizinan tenaga kerja sesuai aturan yang berlaku. "TKA kami selalu awasi dan monitor izin kerjanya. Jadi, tidak mungkin ada yang ilegal. Di Freeport tidak ada," ujarnya kepada CNNIndonesia.com, Selasa (12/6). 


Seluruh izin menggunakan tenaga kerja asing disebut sesuai dengan undang-undang tenaga kerja. Perusahaan menyesuaikan dengan Rencana Penggunaan Tenaga Kerja Asing (RPTKA) yang diterbitkan oleh Kementerian Ketenagakerjaan. 

"Jadi, tidak ada itu yang ilegal di Freeport," imbuh Riza. 

Sebelumnya, Kepala Kantor Imigrasi Tembagapura Samuel Enock mengatakan dugaan ratusan tenaga kerja asing China bekerja secara ilegal diketahui berdasarkan laporan masyarakat, terutama dewan adat setempat. 

"Bukan puluhan orang saja, bisa sampai ratusan orang. Ini sudah berlangsung lama, tanpa ada pengawasan," katanya. 

Samuel yang langsung mendatangi empat lokasi tambang di Nabire menemukan warga negara China bekerja di lokasi itu. Empat lokasi tambang emas itu terletak di Nabire kilometer (Km) ke-70, Km 52, Km 38, dan Km 30 ruas Jalan Trans Nabire-Enarotali Paniani. 

Lokasi itu berada di dalam kawasan hutan rimba Papua di wilayah Nabire, perbatasan antara Lagari dengan air terjun. 


Dari operasi tersebut, Kantor Imigrasi Tembagapura mengamankan 21 warga negara China. Namun, ada juga beberapa di atntaranya yang kabur ke hutan-hutan saat tim mendatangi lokasi kerja mereka pada Jumat (8/6) dan Minggu (9/6). 

"Kami minta pihak sponsor mereka untuk segera mendatangkan mereka. Operasi penertiban yang kami lakukan memang sifatnya rahasia, kami tidak menggunakan bantuan dari pihak lain karena takut bocor. Saya hanya bersama lima orang staf," pungkasnya.


(Sumber :  Cnnindonesia.com)
 





Berita Terkait

Tulis Komentar