Titiek Soeharto Mundur dari Partai Golkar, Faizal Assegaf: Itu Bukti Pengaruh Kepemimpinan Jokowi

  • Senin, 11 Juni 2018 - 20:30:12 WIB | Di Baca : 1951 Kali

SeRiau - Siti Hediati Hariyadi atau Titiek Soeharto, mengundurkan diri dari Partai Golkar dan bergabung dengan partai saudaranya, Hutomo Mandala Putra, di Partai Berkarya, Senin (11/6/2018).

Terkait hal tersebut, aktivis progress 98, Faizal Assegaf berkomentar melalui akun Twitter-nya, @FaizalAssegaf.

Ia mengatakan bahwa mundurnya Titiek Soeharto itu merupakan bukti pengaruh kepemimpinan Presiden Joko Widodo (Jokowi) yang fenomenal.

Ia menambahkan, kepemimpinan Jokowi berhasil menularkan semangat politik reformasi ke internal Partai Golkar agar bersih dari kejahatan korupsi dan antek orde baru.

"Siti Hediati Harijadi atau Titiek Soeharto resmi mengumumkan mundur dari Partai Golkar. Alhamdulillah, itu bukti pengaruh kepemimpinan JKW sangat fenomenal. Berhasil menularkan spirit politik reformasi ke internal Golkar agar bersih dari kejahatan korupsi dan antek-antek Orba," tulis Faizal.

Sementara itu, dikutip Tribunwow dari Kompas.com, terkait mundurnya Titiek Soeharto ini, telah dilakukan deklarasi konsolidasi pemenangan Partai Berkarya di Memorial Jenderal Besar Soeharto, Bantul, Yogyakarta.

Dalam kesempatan itu hadir Ketua Partai Berkarya Hutomo Mandala Putra dan Sekjen Partai Berkarya Priyo Budi Santoso.

"Saya putuskan keluar dari Partai Golkar dan saya memilih memperjuangkan kepentingan rakyat melalui Partai Berkarya," kata Titiek yang juga adalah Anggota DPR RI di Komisi IV.

Anak keempat mantan Presiden Soeharto itu mengaku memutuskan keluar dari Partai Golkar karena kondisi bangsa Indonesia memprihatinkan.

Dia mencontohkan ada kurang lebih 7 juta rakyat masih menganggur, sedangkan pada saat yang sama, negara kita dibanjiri tenaga kerja asing.

Pemerintah juga terus menerapkan kebijakan impor.

Penanganan narkoba di Indonesia, lanjut dia, juga tak mendapatkan perhatian dari pemerintah.

Menurut dia, sumber daya alam juga tak dikembangkan secara optimal sehingga rakyat tak bisa sejahtera.

"Saya sedih, saya ingin menjerit menyuarakan hati saya. Tapi saya tidak bisa menyampaikan. Saya masih hidup di Golkar.

Saya tidak bisa karena masih menjadi anggota Golkar. Golkar sebagai partai besar dan sahabat pemerintah seharusnya bisa mengingatkan. Tidak sekadar asal bapak senang (ABS)," katanya. (**H)


Sumber: TRIBUNWOW.COM





Berita Terkait

Tulis Komentar