Kaum Muda dan Mahasiswa Jadi Sasaran Paham Radikal

  • Sabtu, 02 Juni 2018 - 03:55:29 WIB | Di Baca : 1163 Kali

SeRiau - Kepala Badan Intelijen Daerah (Kabinda) Provinsi Nusa Tenggara Timur Daeng Rosada menyebut, paham radikal mulai menyasar kaum muda dan mahasiswa untuk dijadikan sasaran pahan yang bertentangan dengan nilai Pancasila.

Menurut dia, perguruan tinggi yang harus jadi pusat ilmu pengetahuan dan riset saat ini mulai dijadikan sebagai basis terorisme. "Mahasiswa tidak lagi melakukan diskusi ilmiah dan riset tetapi sudah beralih ke diskusi kelompok dogmatis," kata Rosada saat menjadi narasumber kebangsaan bertemakan 'Merekatkan Kembali Nilai Kebangsaan' memperingati Hari Lahir Pancasila yang diinisiasi Pengurus Wilayah GP Ansor NTT, di Kupang, Jumat (1/6/2018).

Daeng Rosada mengemukakan, ajaran kebencian mulai tervirus merasuk ke lembaga peeguruan tinggi melalui kelompk-kelompok yang dibentuk. Bahkan di beberapa derah virus ini sudah menyasar ke kaum perempuan.

"Kibalatnya jelas ke Timur Tengah dan melalui kelompok pengajian dan semacamnya," ungkapnya.

Ada sekira 1.800 mahasiswa dari 25 universitas yang sudah terpapar paham radikal dengan 23,5 pesen berkiblat ke ISIS, 12 persen berpaham khilafah dan selebihnya siap berjihad untuk mendirikan negara khilafah. Meskipun demikian semua aksi itu tak tersangkut agama. Misalnya yang terjadi di sejumlah gereja Surabaya dan di Mapolda Riau tak tersangkut sedikitpun dengan agama.

"Ini oknum yang terpapar dan pelaku juga korban," katanya.

Sementara Rektor Universitas Katolik Widya Mandira (Unwira) Kupang, Pater Dr Philipus Tule SVD mengatakan, untuk membatasi kemungkinan hidup dan berkembangnya paham radikal di kampus maka sistem pengajaran dan pebdidikan harua terus diperkuat.

Terutama yang berkaitan dengan pebdidikan karakter. Selain itu pendidikan agama setiap mahasiswa harus terus dilakukan agar bisa semakin memahami tentang ajaran yang benar. Dengan demikian maka setiap mahasiswa akan bisa melaksanakan aktivitasnya secara lebih beradab.

Bekas Rektor Seminari Tinggi Filsafat dan Teologi Ledalero di Maumere Pulau Flores itu mengaku kalau Asosiasi Perguruan Tinggi Katoluk (APTIK) seIndonesia telah mewacanakan untuk menghidupkan kembali mata kuliah kebangsaan seperti kewiraan dan pendidikan Pancasila. Diakuinya pola penataran yang pernah dilakukan dulu memiliki unsur doktrinasi yang dinilainkuran tepat.

"Jadi sekarang nilainya kita bangkitkan laģi tapi berbeda pola," ujar Pater.

Sedangkan Ketua Umum Pengurus Wilayah GP Ansor NTT Abdul Muis mengatakan diskusi kebangsaan itu dimaksud untuk kembali merekatkan nilai dan falsafah Pancasila sebagai pandangan hidup dan dasar hidup bernegara di bumi nusantara yang berbhineka ini. Apalagi Indonesia sedang mengalami guncangan akibat sejumalah aksi radikal yang telah merenggut nyawa anak bangsa dan mengoyakkan persatuan dan kesatuan bangsa.

"Lihat peristiwa teror di Mako Brimob Kelapa Dua Depok, pemboman gereja di Surabaya dan sejumlah aksi teror lainnya," tutur Muis.

Dengan sejumlah peristiwa itu, GP ansor memandang penting melakukan kegiatan ini di momentum peringatan Hari Lahir Pancasila untuk kembali merekatkan nilai-nilai kebersamaan itu. "Kita harus tetap satu dan utuh dalam naungan NKRI dan hanya Pancasila yang bisa mempersatukan kita," urai Muis.

Dia juga mengatakan kegiatan yang dilakukan di bulan puasa ini juga sebagai simbol bagi para pemeluk muslim untuk kembali ke fitrah dan meraih kemenangan di Idul Fitri nanti. "Kami sengaj menggabdeng kegiatan diskusi ini dengan berbuka puasa bersama untuk mengungkapkan nilai nyata dari sebuah kebersamaan dan toleransi," pungkasnya. (**H)


Sumber: Okezone





Berita Terkait

Tulis Komentar